Tuesday, June 12, 2018

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-An’am ayat 46-49

0 Comments

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-An’am ayat 46-49

17JAN
tulisan arab alquran surat al an'am ayat 46-49“Katakanlah, ‘Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hati kalian, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepada kalian?’ Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga). Katakanlah, ‘Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Allah kepada kalian dengan sekonyong-konyong atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan (Alllah) selain dari orang-orang yang zalim?’ Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (al-An’am: 46-49)
Allah Swt. berfirman kepada Rasul Nya, bahwa: katakanlah kepada mereka yang mendustakan dan ingkar kepada kekuasaan Allah Swt.:
Ara-aitum in akhadzallaaHu sam’akum wa abshaarakum (“Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan kalian.”) (Al An’am: 46)
Yakni Di a mencabutnya dari kalian sebagaimana Dia telah memberikannya kepada kalian, seperti yang disebutkan dalam firman lain:
“Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran dan penglihatan.” (Al-Mulk: 23), hingga akhir ayat.
Dapat diinterpretasikan pula bahwa ungkapan ini mengandung makna larangan menggunakan pendengaran dan penglihatan selain menurut apa yang diperintahkan oleh syariat, karena pada firman selanjutnya disebutkan:
Wa khatama ‘alaa quluubikum (“serta menutup hati kalian.”) (Al An’am: 46)
Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya: “atau siapakah yang kuasa [menciptakan] pendengaran dan penglihatan?” (Yunus : 31)
“dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghalang-halangi antara manusia dan hatinya.” (Al-Anfal: 24)
Mengenai firman Allah Swt.: man ilaaHun ghairullaaHi ya’tiikum biHii (“siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepada kalian?” (Al An’am: 46)
Artinya, apakah ada seseorang selain Allah yang dapat mengembalikan hal itu kepada kalian, jika Allah mencabutnya dari kalian? Jelas tidak ada seorang pun yang mampu melakukannya selain Allah Swt. Karena itulah pada firman selanjutnya disebutkan:
Undhur kaifa nusharriful aayaati (“Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan
Tanda-tanda kebesaran [Kami].”) (Al An’am: 46)
Yakni Kami terangkan, Kami jelaskan, dan Kami tafsirkan tanda-tanda tersebut yang semuanya menunjukkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan semua yang mereka sembah selain Allah adalah batil dan sesat.
Tsumma Hum yashdifuun (“kemudian mereka tetap berpaling [juga].”) (Al An’am: 46)
Yaitu sekalipun dengan adanya keterangan yang jelas itu, mereka tetap berpaling dari kebenaran dan menghalang-halangi manusia untuk mengikutinya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yasdifuuna ialah menyimpang. Menurut Muj ahid dan Qatadah adalah berpaling, sedangkan menurut As-Saddi menghambat (menghalang-halangi).
Firman Allah Swt.: qul ara-aitum in ataakum ‘adzaabullaaHi baghtatan (“Katakanlah, ‘Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Allah kepada kalian dengan sekonyong-konyong.’”) (Al An’am: 47) yakni kalian tidak merasakannya sehingga kedatangannya mengejutkan kalian.
Au jaHratan (“atau terang-terangan.”) (Al An’am: 47) Maksudnya, dengan jelas dan kelihatan.
Hal yuHlaku illal qaumudh dhaalimuun (“maka adakah yang dibinasakan [Allah], selain dari orang-orang yang dhalim?”) (Al An’am: 47)
Yakni sesungguhnya pembinasaan itu hanyalah meliputi orang-orang yang berbuat aniaya terhadap dirinnya sendiri, karena kemusyrikan mereka. Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang selalu menyembah-Nya semata serta tidak mempersekutukan-Nya. Maka tiada ketakutan yang mencekam mereka, tidak pula mereka bersedih hati; perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh firmanNya:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik).” (Al An’am: 82), hingga akhir ayat.
Adapun Firman Allah Swt.: wa maa nursilul mursaliina illaa mubasysyiriina wa mundhiriin (“Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan.”) (Al An’am: 48)
Artinya, menyampaikan berita gembira kebaikan kepada hamba-hamba Allah yang beriman, dan memberi peringatan kepada orang-orang yang kafir kepada Allah dengan pembalasan Allah dan siksaan-siksaan-Nya. Dalam ayat selanjutnya disebutkan:
Fa man aamana wa ashlaha (“Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan.”) (Al-An’am: 48) Yakni barang siapa yang hatinya beriman kepada apa yang disampaikan oleh para rasul dan memperbaiki amal perbuatannya dengan mengikuti petunjuk mereka.
Falaa khaufun ‘alaiHim (“maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka.”) (Al An’am: 48)
Yaitu bila dikaitkan dengan masa depan mereka.
Wa laa Hum yahzanuun (“dan tidak [pula] mereka bersedih hati.”) (Al An’am: 48)
Yakni bila dikaitkan dengan masa lalu mereka dan apa yang mereka tinggalkan di belakang mereka menyangkut perkara duniawi dan aneka ragamnya. Allahlah yang menjadi pelindung mereka dari apa yang telah mereka tinggalkan, dan Allahlah yang memelihara mereka dari masa lalunya.
Kemudian Allah Swt. berfirman: wal ladziina kadzdzabuu bi-aayaatinaa lamassuHumul ‘adzaabu bimaa kaanuu yafsuquun (“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik.”) (Al An’am: 49)
Maksudnya, mereka akan mendapatkan adzab karena kekafiran mereka terhadap apa yang telah disampaikan oleh para rasul, dan karena mereka menyimpang jauh dari perintah-perintah Allah, tidak mau taat kepada-Nya, selalu mengerjakan hal-hal yang dilarang dan yang diharamkan-Nya serta selalu melanggar batasan-batasan yang diharamkanNya.
&

No comments:

Post a Comment

 
back to top