Tuesday, June 12, 2018

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Maa-idah ayat 17-18 (9)

0 Comments

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Maa-idah ayat 17-18 (9)

10DES
Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Maa-idah (Hidangan)
Surah Madaniyyah; surah ke 5: 120 ayat
tulisan arab alquran surat al maidah ayat 17-18“17. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al masih putera Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?”. kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 18. orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”. Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. dan kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).” (al-Maa-idah: 17-18)
Allah berfirman, memberitahukan dan mengisahkan kekufuran orang-orang Nasrani dan tuduhan mereka tentang al-Masih ‘Isa bin Maryam sebagai Tuhan, padahal sebenarnya ia adalah salah seorang hamba dari hamba Allah dan salah seorang makhluk ciptaan-Nya. Mahatinggi Allah setinggi-tingginya dari ucapan dan pengakuan mereka tersebut.
Setelah itu, Allah berfirman memberitahukan kekuasaann-Nya atas segala sesuatu, dan semua itu berada di bawah pemaksaan serta kekuasaan-Nya: qul famay yamliku minallaaHi syai-an in araada ay yuHlikal masiihabna maryama wa ummaHuu wa man fil ardli jamii’an (“Katakanlah: ‘Maka siapakah [gerangan] yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Allah hendak membinasakan al-Masih putra Maryam itu beserta ibnunya dan seluruh ornag-orang yang berada di bumi semuanya?”) maksudnya, seandainya Allah Ta’ala menghendaki hal itu, maka siapakah yang sanggup mencegah-Nya, atau siapakah yang mampu memalingkan-Nya dari hal itu.
Kemudian Allah berfirman: wa lillaaHi mulkus samaawaati wal ardli wa maa bainaHumaa yakhluqu maa yasyaa-u (“Kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi, serta apa yang ada di antara keduanya. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.”) maksudnya, semua yang ada adalah milik dan ciptaan-Nya. Allah mampu dan berkuasa melakukan segala yang dikehendaki-Nya. Allah tidak ditanya [dimintai pertanggungjawaban] atas apa yang Allah kerjakan berdasarkan kekuasaan, keadilan, dan keagungan-Nya. Yang demikian itu merupakan bantahan terhadap orang-orang Nasrani. Semoga mereka senantiasa dilaknat Allah sampai hari kiamat kelak.
Selanjutnya Allah berfirman untuk membantah orang-orang Yahudi dan Nasrani atas kedustaan dan tindakan mengada-ada yang mereka lakukan: wa qaalatil yahuudu wan nashaaraa nahnu abnaa-ullaaHi wa ahibbaa-uHu (“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: ‘Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.’”) maksudnya, kami adalah keturunan dari nabi-nabi-Nya, dan mereka merupakan anak-anak-Nya, Allah memberikan perhatian besar kepada mereka, selain itu, Allah juga mencintai kami. Orang-orang Yahudi itu menukil dari kitab para Nabi bahwa Allah telah berfirman kepada hamba-Nya, Israil: “Engkau adalah anakku dari seorang perawan.” Kemudian mereka menafsirkan hal itu tidak pada yang sebenarnya dan bahkan mereka menyimpangkannya. Mereka telah dibantah oleh orang-orang yang masuk Islam di antara orang-orang yang sehat akalnya dari golongan mereka seraya mengatakan: “Yang demikian itu dikatakan sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan.”
Sebagaimana orang-orang Nasrani juga telah menukil dari kitab mereka bahwa ‘Isa pernah berkata kepada mereka, “Sesungguhnya aku akan pergi kepada bapakku dan bapak kalian.” Padahal yang dimaksudkan dalam ucapan itu adalah Rabbku dan Rabb kalian. Sebagaimana diketahui, mereka tidak mengklaim sebagai “anak Rabb” untuk diri mereka sendiri seperti yang mereka klaim pada diri ‘Isa as [sebagai anak Rabb]. Sebenarnya, yang mereka maksudkan adalah [hubungan] kasih sayang mereka dan kedudukan mereka di sisi-Nya. Oleh karena itu, mereka berkata: “Kami adalah anak-anak dan juga kekasih Allah.”
Allah berfirman untuk membantah mereka: qul falima tu’adzdzibukum bidzunuubikum (“Katakanlah: ‘Maka, mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?”) maksudnya jika kalian seperti yang kalian akui sebagai anak-anak dan kekasih Allah, lalu mengapa Allah menyiapkan bagi kalian Neraka Jahanam karena kekafiran, kedustaan, dan tindakan mengada-ada kalian? Sebagian tokoh kaum sufi berkata kepada sebagian fuqaha: “Di bagian mana dalam al-Qur’an kalian menemukan bahwa kekasih itu tidak disiksa oleh orang yang mengasihinya?” namun tidak ada yang menjawabnya. Lalu si sufi itu membacakan ayat ini: qul falima tu’adzdzibukum bidzunuubikum (“Katakanlah: ‘Maka, mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?”) dan apa yang dikemukakan oleh orang itu adalah baik/tepat.
Bal antum basyarum mimman khalaqa (“Tetapi kamu adalah manusia [biasa] di antara orang-orang yang diciptakan-Nya.”) yakni kalian sama dengan manusia-manusia lainnya dari keturunan Adam, dan Allah lah yang memberikan keputusan atas seluruh hamba-Nya. yaghfiru limay yasyaa-u wa yu’adzdzibu may yasyaa-u (“Dia memberikan ampunan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya.”) maksudnya Allah berbuat apa saja yang Allah kehendaki, tidak ada yang dapat menolak hukum-Nya, dan Dia Mahacepat perhitungan-Nya.
walillaaHi mulkus samaawaati wal ardli wa maa bainaHumaa (“Dan kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya.”) maksudnya, segala sesuatu yang ada adalah milik-Nya serta berada di bawah pemaksaan dan kekuasaan-Nya. wa ilaiHil mashiir (“Dan hanya kepada Allah lah [segala sesuatu] itu kembali.”) artinya Allah lah tempat kembali dan berlindung, dan Allah akan memberikan keputusan kepada hamba-hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Allah lah Rabb yang Mahaadil dan tidak pernah berbuat aniaya.
Bersambung ke bagian 10

No comments:

Post a Comment

 
back to top