Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-An’am ayat 22-26
14JAN
Tafsir Al-Qur’an Surah Al-An’am (Binatang Ternak)
Surah Makkiyyah kecuali ayat: 20, 23, 91, 93, 114, 141, 151, 152, 153 Madaniyyah; surah ke 6: 165 ayat
Surah Makkiyyah kecuali ayat: 20, 23, 91, 93, 114, 141, 151, 152, 153 Madaniyyah; surah ke 6: 165 ayat
“Dan (ingatlah) hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik, ‘Di manakah sembahan-sembahan kalian yang dahulu kalian katakan (sekutu-sekutu Kami ) ? ” Kemudian tiadalah fitnah mereka kecuali mengatakan, ‘Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. Lihatlah, bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri dan hilanglah dari mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan. Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan) mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan) sumbatan telinganya. Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata, ‘AlQur’an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu.’ Mereka melarang (orang lain) mendengarkan AlQur’an, dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya; dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedangkan mereka tetap tidak menyadari.” (al-An’aam: 22-26)
Allah Swt. berfirman menceritakan keadaan orang-orang musyrik:
Wa yauma nahsyuruHum jamii’an (“Dan [ingatlah], di hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya (Al An’am: 22)
Wa yauma nahsyuruHum jamii’an (“Dan [ingatlah], di hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya (Al An’am: 22)
Yakni pada hari kiamat nanti, lalu Allah menanyai mereka tentang berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang mereka sembah-sembah itu selain Allah, seraya berfirman:
Aina syurakaa-umul ladziina kuntum taz’umuun (“Di manakah sembahan-sembahan kalian yang dahulu kalian katakan (sekutu-sekutu Kami)?” (Al An’am: 22)
Aina syurakaa-umul ladziina kuntum taz’umuun (“Di manakah sembahan-sembahan kalian yang dahulu kalian katakan (sekutu-sekutu Kami)?” (Al An’am: 22)
Ayat ini sama dengan ayat lain yang terdapat di dalam surat Al-Qasas yang artinya:
“Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, ‘Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian katakan? ” (Al-Qasas: 62)
“Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, ‘Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian katakan? ” (Al-Qasas: 62)
Firman Allah Swt: tsumma lam takun fitnatuHum (“Kemudian tiadalah fitnah mereka [Al An’am: 23) Yakni alasan mereka.
Illaa an qaaluu, wallaaHi rabbinaa maa kunnaa musyrikiin (“Kecuali mengatakan, ‘Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.’”) (Al An’am: 23)
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firmanNya:
tsumma lam takun fitnatuHum (“Kemudian tiadalah fitnah mereka [Al An’am: 23) Yakni hujjah mereka. Dan menurut Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas disebutkan alasan mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah.
tsumma lam takun fitnatuHum (“Kemudian tiadalah fitnah mereka [Al An’am: 23) Yakni hujjah mereka. Dan menurut Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas disebutkan alasan mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah.
Menurut Ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas , disebutkan jawaban mereka. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Ad-Dahhak.
Ata Al-Khurrasani mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:
Illaa an qaaluu, wallaaHi rabbinaa maa kunnaa musyrikiin (“Kecuali mengatakan, ‘Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.’”) (Al An’am: 23)
Illaa an qaaluu, wallaaHi rabbinaa maa kunnaa musyrikiin (“Kecuali mengatakan, ‘Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.’”) (Al An’am: 23)
Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa tiadalah jawaban mereka ketika Kami menguji mereka, yakni alasan yang mereka kemukakan tentang kemusyrikan yang pernah mereka lakukan itu.
Illaa an qaaluu, wallaaHi rabbinaa maa kunnaa musyrikiin (“Kecuali mengatakan, ‘Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.’”) (Al An’am: 23)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’ id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya Ar-Razi. Dari Amr ibnu Abu Qais, dari Mutarrif, dari Al-Minhal, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ia pernah kedatangan seorang lelaki yang langsung bertanya kepadanya mengenai makna firman-Nya:
wallaaHi rabbinaa maa kunnaa musyrikiin (“‘Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.’”) (Al An’am: 23)
Ibnu Abbas menjawab, adapun mengenai firman-Nya:
wallaaHi rabbinaa maa kunnaa musyrikiin (“‘Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.’”) (Al An’am: 23) Maka sesungguhnya mereka ketika melihat bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang shalat, maka mereka mengatakan, “Marilah kita ingkari.” Ketika mereka hendak mengingkarinya, maka Allah mengunci mulut mereka sehingga tidak dapat berbicara, dan tangan serta kaki merekalah yang bersaksi; mereka tidak dapat menyembunyikan suatu peristiwa pun dari Allah. Maka apakah di dalam qalbumu sekarang masih terdapat sesuatu? Sesungguhnya tiada sesuatu pun dari AlQur’an melainkan diturunkan suatu keterangan mengenainya, tetapi kalian tidak mengerti takwilnya.
wallaaHi rabbinaa maa kunnaa musyrikiin (“‘Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.’”) (Al An’am: 23) Maka sesungguhnya mereka ketika melihat bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang shalat, maka mereka mengatakan, “Marilah kita ingkari.” Ketika mereka hendak mengingkarinya, maka Allah mengunci mulut mereka sehingga tidak dapat berbicara, dan tangan serta kaki merekalah yang bersaksi; mereka tidak dapat menyembunyikan suatu peristiwa pun dari Allah. Maka apakah di dalam qalbumu sekarang masih terdapat sesuatu? Sesungguhnya tiada sesuatu pun dari AlQur’an melainkan diturunkan suatu keterangan mengenainya, tetapi kalian tidak mengerti takwilnya.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini berkenaan dengan orang-orang munafik. Tetapi pendapat ini masih perlu dipertimbangkan, mengingat ayat ini Makkiyyah, sedangkan orang-orang munafik baru ada dalam periode Madaniyyah, dan ayat yang diturunkan berkenaan dengan orang-orang munafik adalah dalam surat Al-Mujadilah, yaitu firman-Nya yang artinya:
“(Ingatlah) hari (ketika) mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu mereka bersumpah kepada-Nya [bahwa mereka bukan orang musyrik].” (Al-Mujadilah: 18), hingga akhir ayat.
Di dalam surat ini disebutkan pula hal yang berkenaan dengan mereka melalui firmanNya: undhur kaifa kadzabuu ‘alaa anfusiHim wa dlalla ‘anHum maa kaanuu yaksibuun (“Lihatlah, bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri dan hilanglah dari mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan.”) (Al An’am: 24)
Ayat ini semakna dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya yang artinya:
“Kemudian dikatakan kepada mereka, ‘Manakah berhala-berhala yang selalu kalian persekutukan, (yang kalian sembah) selain Allah?’ Mereka menjawab, ‘Mereka telah hilang lenyap dari kami.’” (Al-Mumin: 73-74), hingga akhir ayat.
“Kemudian dikatakan kepada mereka, ‘Manakah berhala-berhala yang selalu kalian persekutukan, (yang kalian sembah) selain Allah?’ Mereka menjawab, ‘Mereka telah hilang lenyap dari kami.’” (Al-Mumin: 73-74), hingga akhir ayat.
Firman Allah Swt.: wa minHum may yastami’u ilaika wa ja’alnaa ‘alaa quluubiHim akiinatan ay yafqaHuuHu wa fii aadzaaniHim waqraw wa iy yarau kulla aayatil laa yu’minuu biHaa (“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan [bacaan]mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka [sehingga mereka tidak] memahaminya, dan [kami letakkan] sumbatan di telinganya. Dan jika pun mereka melihat segala tanda [kebenaran], mereka tetap tidak mau beriman kepadanya.”) (Al-An’am: 25)
Yakni mereka berdatangan untuk mendengarkan bacaanmu, tetapi hal itu tidak ada manfaatnya barang sedikit pun bagi mereka, karena Allah Swt. telah meletakkan tutupan di atas hati mereka hingga mereka tidak dapat memahami Al Qur’an. Dan Allah meletakkan sumbatan pada telinga mereka sehingga mereka tidak dapat mendengarkan hal yangbermanfaat bagi diri mereka, seperti yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya yang artinya:
“Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan.” (Al-Baqarah: 171), hingga akhir ayat.
Firman Allah Swt.: wa iy yarau kulla aayatil laa yu’minuu biHaa (“Dan jika pun mereka melihat segala tanda [kebenaran], mereka tetap tidak mau beriman kepadanya.”) (Al-An’am: 25) Yakni walaupun mereka telah melihat ayat-ayat, dalil-dalil, hujjah-hujjah yang jelas, dan bukti-bukti yang nyata, mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Mereka sama sekali tidak mempunyai pemahaman dan tidak mempunyai kesadaran. Perihalnya sama seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya yang artinya:
“Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar.” (Al-Anfal: 23)
“Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar.” (Al-Anfal: 23)
Firman Allah Swt : hattaa idzaa jaa-uuka yujaadiluunakum (“Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu.”) (Al-An’am: 25) Yakni menentangmu dan membantah kebenaranmu dengan kebatilan.
yaquulul ladziina kafaruu in Haadzaa illaa asaathiirul awwaliin (“Orang-orang kafir itu berkata, ‘Al-Qur ‘an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu’”) (Al An’am: 25)
Yakni tiada lain yang kamu bawa ini hanyalah diambil dari kitab-kitab orang-orang yang terdahulu dan dinukil dari mereka.
Yakni tiada lain yang kamu bawa ini hanyalah diambil dari kitab-kitab orang-orang yang terdahulu dan dinukil dari mereka.
Firman Allah Swt.: wa Hum yanHauna ‘anHu wa yan-auna ‘anHu (“Mereka melarang [orang lain] mendengarkan AlQur’an, dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya. (Al-An’am: 26)
Sehubungan dengan makna lafaz yanHauna ‘anHu, ada dua pendapat:
Pendapat pertama mengatakan, makna yang dimaksud ialah mereka melarang orang lain mengikuti kebenaran, membenarkan Rasul, dan taat kepada Al-Qur’an. Dan makna yan-auna ‘anHu yakni menjauhkan mereka dari Al Qur’an. Dengan demikian, berarti mereka menggabungkan dua perbuatan yang kedua-duanya buruk, yakni mereka tidak mau mengambil manfaat dan tidak menyeru seorang pun untuk mengambil manfaat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
wa Hum yanHauna ‘anHu (“Mereka melarang [orang lain] mendengarkan AlQur’an,”) (Al-An’am: 26) Yakni mereka menjauhkan manusia dari Nabi Muhammad Saw. agar mereka tidak beriman kepadanya.
Muhammad ibnul Hanafiyyah mengatakan, dahulu orang-orang kafir Quraisy tidak pernah mendatangi Nabi Saw. dan melarang orang lain untuk mendatanginya. Hat yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Pendapat inilah yang lebih jelas (lebih kuat) dan yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Pendapat inilah yang lebih jelas (lebih kuat) dan yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Pendapat kedua diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari orang yang pernah mendengarnya dari Ibnu Abbas yang mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:
wa Hum yanHauna ‘anHu (“Mereka melarang [orang lain] mendengarkan AlQur’an,”) (Al-An’am: 26) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib, ia melarang orang-orang mengganggu Nabi Saw. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Qasim ibnu Mukhaimirah, Habib ibnu Abu Sabit, Ata ibnu Dinar, dan lain-lainnya, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib.
Sa’id ibnu Abu Hilal mengatakan, ayat ini diturunkan berkenaan dengan semua paman Nabi Saw. yang berjumlah sepuluh orang. Mereka adalah orang-orang yang paling keras dalam membela Nabi Saw. secara terang-terangan, juga orang-orang yang paling keras dalam memusuhi Nabi Saw. secara diam-diam. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
wa Hum yanHauna ‘anHu (“Mereka melarang [orang lain] mendengarkan AlQur’an,”) (Al-An’am: 26) Yaitu mereka melarang orang-orang membunuhnya (Nabi Muhammad Saw.).
wa yan-auna ‘anHu (“dan mereka sendiri menjauhkah diri darinya.”) (Al An’am: 26) Yakni menjauhkan diri darinya.
Wa iy yuHlikuuna illaa anfusaHum wa maa yas’uruun (“dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedangkan mereka tidak menyadari.”) (Al-An’am: 26)
Artinya, tiadalah yang mereka binasakan dengan perbuatan itu melainkan diri mereka sendiri; dan tiadalah akibatnya kecuali menimpa mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.
Artinya, tiadalah yang mereka binasakan dengan perbuatan itu melainkan diri mereka sendiri; dan tiadalah akibatnya kecuali menimpa mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.
&
No comments:
Post a Comment