Saturday, June 9, 2018

Tafsir Ibnu Katsir Surah Ali ‘Imraan ayat 113-117

0 Comments

Tafsir Ibnu Katsir Surah Ali ‘Imraan ayat 113-117

6MAR
tulisan arab alquran surat ali imraan ayat 113-117“Mereka itu tidak sama; di antara Ahlul Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat). (QS. 3:113). Mereka berimankepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) ber-
bagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang shalih. (QS. 3:114). Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali merekatidak dihalangi (menerima pahala)nya; dan Allah Mahamengetahui orang-orang yang bertakwa. (QS. 3:115). Sesungguhnya orang orang yang kafir, baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak adzab Allah dari mereka sedikitpun. Dan mereka adalab penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. 3:116). Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang me-nimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri.” (QS. 3:117)
Yang masyhur menurut para mufassir, sebagaimana disebutkan oleh Muhammad bin Ishaq dan ulama lainnya dan diriwayatkan oleh al-‘Aufi dari Ibnu ‘Abbas, bahwa ayat-ayat ini turun berkenaan dengan para pendeta Ahlul Kitab yang beriman kepada Nabi Muhammad seperti, ‘Abdullah bin Salam, Asad bin `Ubaid, Tsa’labah bin Syu’bah dan yang lainnya. Maksudnya, tidak sama antara Ahlul Kitab yang telah dicela oleh ayat sebelumnya dengan Ahlul Kitab yang masuk agama Islam. Oleh karena itu Allah berfirman: laisuu sawaa-an (“Mereka itu tidak sama.”) Artinya, mereka itu tidak berada pada tingkatan yang sama, ada yang beriman dan ada juga yang jahat.
Oleh karena itu Allah berfirman: min aHlil kitaabi ummatun (“Di antara ahlul Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus.”) Golongan yang senantiasa menjalankan perintah Allah swt, mentaati syari’at-Nya, serta mengikuti Nabi-Nya, dan mereka beristiqamah: yat-luuna aayaatillaaHi aanaa-al laili wa Hum yasjuduun (“membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat).” Yaitu shalat Tahajjud dan membaca al-Qur’an di dalamnya.
Dan firman-Nya, yu’minuuna billaaHi wal yaumil aakhiri wa ya’muruuna bil ma’ruufi wa yaHauna ‘anil munkari wa yusaari’uuna fil khairaati wa ulaa-ika minash-shaalihiin (“Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka itu termasuk orang-orang yang shalih.”) Mereka itulah yang disebutkan pada akhir surat Ali-‘Imran ini: wa inna min aHlil kitaabi lamay yu’minu billaaHi wa maa unzila ilaikum wa maa unzila ilaiHim khaasyi’iina lillaaHi (“Dan sesungguhnya di antara Ahlul Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepadamu, serta yang diturunkan kepada mereka, sedang mereka berendah hati kepada Allah.”) (QS. Ali-‘Imran: 199).
Oleh karena itu, Allah berfirman di sini: wa maa yaf’aluu min khairin falay yukfaruuHu (“Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi [menerima pahala]nya.”] Yaitu tidak di sia-siakan, bahkan mereka akan mendapatkan balasan pahala yang lebih banyak.
wallaaHu ‘aliimum bil muttaqiin (“Dan Allah Mahamengetahui orang-orang yang bertakwa.”) Artinya, tidak ada satu pun yang tersembunyi bagi Allah dari perbuatan yang dilakukan seseorang. Dan tidak disia-siakan di sisi-Nya pahala bagi orang yang baik amal perbuatannya.
Setelah itu Allah memberitahukan mengenai orang-orang kafir lagimusyrik dalam firman-Nya: lan tughniya ‘anHum amwaaluHum wa laa aulaaduHum minallaaHi syai-an (“Baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak adzab Allah dari mereka sedikit pun.”) Maksudnya, harta dan anak-anak mereka itu tidak dapat menolak adzab dan siksa Allah (jika Allah menghendaki untukmenimpakannya kepada mereka). Wa ulaa-ika ash-haabun naari Hum fiiHaa khaaliduun (“Mereka adalah penghuni Neraka, mereka kekal di dalamnya.”)
Kemudian Allah, memberikan perumpamaan bagi apa yang dibelanjakan orang-orang kafir di dunia ini. Demikian dikatakan Mujahid, al-Hasan al-Bashri dan as-Suddi, Allah swt. berfirman: matsalu maa yunfiquuna fii HaadziHil hayaatud dun-yaa kamatsali riihin fiiHaa shirrun (“Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin.”) Yakni angin yang disertai hawa yang dingin sekali. Demikian juga dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Qatadah, adh-Dhahhak, ar-Rabi’ bin Anas dan yang lainnya.
Sedangkan ‘Atha’ berkata: “Sangat dingin dan membeku.” Adapunmenurut Ibnu ‘Abbas dan juga Mujahid: fiiHaa shirrun, “Shirr” yakni, api. Makna ini merujuk kepada makna pertama, karena dingin yang luar biasa apalagi yang membekukan, dapat menghancurkan tanaman dan buah-buahan, sebagai-mana api dapat membakar sesuatu.
Ashaabat hartsa qaumin dhalamuu anfusaHum fa aHlakat-Hu (“Yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya.”) yaitu membakarnya. Maksudnya, angin tersebut dapat memusnahkan jika menimpa tanaman yang sudah saatnya dipanen. Angin itu memporak porandakan dan memusnahkan buah-buahan dan tanaman yang ada di dalamnya, padahal si pemiliknya justru sangat membutuhkan hasil panennya. Demikian juga halnya dengan orang-orang kafir. Allah akan menghapuskan pahala dan buah semua amalnya selama di dunia, sebagaimana musnahnya tanaman itu akibat dosa-dosa para pemiliknya. Begitu pun orang-orang kafir itu membangun amal mereka tanpa asas dan pondasi.
Wa maa dhalama HumullaaHu wa laakin anfusaHum yadh-limuun (“Dan Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”)
&

No comments:

Post a Comment

 
back to top