Saturday, June 9, 2018

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 120-121

0 Comments

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 120-121

31MAR
Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
tulisan arab surat albaqarah ayat 120-121“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)’. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al-Baqarah: 120) Orang-orang yang telah kami beri al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah: 121)
Mengenai firman Allah: wa lan tardlaa ‘ankal yauHuudu wa lan nashaaraa hattaa tattabi’uu millataHum (“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka.”) Ibnu Jarir mengatakan: “Yang dimaksud dengan firman-Nya itu adalah, ‘Hai Muhammad, orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu selamanya, karena itu tidak usah lagi kau cari hal yang dapat menjadikan mereka rela dan sejalan dengan mereka. Akan tetapi arahkan perhatianmu untuk mencapai ridha Allah dengan mengajak mereka kepada kebenaran yang kamu diutus dengannya.’”
Dan firman Allah: qul inna HudallaaHi Huwal Hudaa (“Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk [yang benar].’”) Artinya, “Katakanlah, wahai Muhammad, sesungguhnya petunjuk Allah yang Dia telah mengutusku dengannya adalah petunjuk yang sebenarnya, yaitu agama lurus, benar, sempurna, dan menyeluruh.”
Qatadah meriwayatkan: Telah disampaikan kepada kami bahwasanya Rasulullah saw. pernah bersabda: “Akan tetap ada suatu kelompok dari umatku yang terus berjuang memegang teguh kebenaran, di mana orang-orang yang menentang mereka tidak dapat memberi mudharat kepada mereka, sehingga datang perintah (keputusan) Allah.”
Penulis (Ibnu Katsir) mengatakan, hadits tersebut dikeluarkan dalam kitab Shahih, dari ‘Abdullah bin ‘Amr.
Firman Allah: wa la-init taba’ta aHwaa-aHum ba’dal ladzii jaa-aka minal ‘ilmi maa laka minallaaHi miw waliyyiw walaa nashiir (“Dan sesungguhnya jika engkau mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”) Dalam ayat tersebut terdapat ancaman keras bagi umat yang mengikuti cara-cara orang-orang Yahudi dan Nasrani setelah umat ini mengetahui isi al-Qur’an dan as-Sunnah. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari hal itu. Khithab (sasaran pembicaraan) dalam ayat ini ditujukan kepada Rasulullah saw. tetapi perintahnya ditujukan kepada umatnya.
Mayoritas para fuqaha menggunakan firman Allah: hattaa tattabi’a millataHum (“Sehingga engkau mengikuti agama mereka,”) sebagai dalil bahwa semua kekufuran itu adalah satu Millah (agama), karena Allah telah menggunakan kata Millah dalam bentuk mufrad (tunggal) seperti juga yang difirmankan Allah Ta’ala: lakum diinukum waliya diin (“Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku.”) (QS. Al-Kafirun: 6)
Berdasarkan hal itu, tidak ada saling mewarisi harta warisan antara orang-orang muslim dengan orang-orang kafir. Sementara masing-masing dari mereka berhak mengambil warisan dari kaum kerabatnya baik yang satu agama maupun tidak (asal bukan agama Islam.-Pent.), karena mereka semua adalah satu millah (kepercayaan). Ini merupakan pendapat Imam Syafi’i, Abu Hanifah, dan Ahmad dalam sebuah riwayatnya.
Dalam riwayat lain Imam Ahmad berpendapat seperti pendapat Imam Malik, “Bahwasanya antara dua pemeluk agama yang berbeda tidak boleh saling mewarisi, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah saw. WallaHu a’lam.
Dan firman Allah: alladziina aatainaaHumul kitaaba yatluu naHuu haqqa tilaawatiHi (“Orang-orang yang telah Kami beri al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.”) Dari Qatadah bahwa Sa’id meriwayatkan: “Mereka itu adalah para sahabat Rasulullah.”
Abul `Aliyah mengatakan, Ibnu Mas’ud mengemukakan: “Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sesungguhnya yang dimaksud dengan membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, adalah menghalalkan apa yang dihalalkan-Nya dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya serta membacanya sesuai dengan apa yang diturunkan Allah Ta’ala, tidak mengubah kalimat dari tempatnya, dan tidak menafsirkan satu kata pun dengan penafsiran yang tidak seharusnya.”
Al-Hasan al-Bashri mengatakan: “Mereka mengamalkan ayat-ayat muhkam di dalam al-Qur’an dan beriman dengan ayat-ayat mutasyabihat yang ada di dalamnya, serta menyerahkan hal-hal yang sulit difahami kepada yang mengetahuinya.”
Mengenai firman-Nya: yatluunaHuu haqqa tilaawatiHi (“Mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.”) Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “[Maksud ayat ini adalah] mereka mengikutinya dengan sebenar-benarnya.” Setelah itu Ibnu Abbas membaca ayat: wal qamara idzaa talaaHaa (“Dan bulan apabila mengiringinya”) (asy-Syams: 2) ia mengatakan: kata “talaaHaa” pada ayat ini maksudnya) yaitu mengikutinya.
Firman-Nya: ulaa-ika yu’minuuna biHi (“Mereka itu beriman kepadanya”) merupakan khabar (penjelasan) dari firman-Nya, alladziina aatainaaHumul kitaaba yatluu naHuu haqqa tilaawatiHi (“Orang-orang yang telah Kami beri al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.”) Artinya, “Barangsiapa di antara Ahlul Kitab yang menegakkan kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi terdahulu dengan sebenar-benarnya, maka ia akan beriman kepada apa yang engkau bawa, hai Muhammad.
Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil, dan (al-Qur’an), yang diturunkan kepada mereka dari Rabb mereka, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” (QS. Al-Maa-idah: 66)
Artinya jika kalian benar-benar menegakkan (mengamalkan) Taurat, Injil, dan al-Qur’an, beriman kepadanya dengan sebenar-benarnya, serta membenarkan kandungannya yang memuat berita-berita mengenai pengutusan Nabi Muhammad, sifat-sifatnya, perintah untuk mengikutinya, dan membantu serta mendukungnya, niscaya hal itu akan membantu kalian kepada kebenaran dan menjadikan kalian mengikuti kebaikan di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman Allah yang artinya: “[Yaitu] Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang [namanya] mereka dapatkan tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka.” (QS. Al-A’raaf: 157)
Dan dalam hadits shahih Muslim disebutkan, Rasulullah bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini, baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang aku, lalu ia tidak beriman kepadaku, melainkan ia akan masuk neraka.”
&

No comments:

Post a Comment

 
back to top