Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 211-212
13APR
“Tanyakanlah kepada Bani Israil: ‘Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka.’ Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Baqarah: 211) Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al-Baqarah: 212)
Allah memberitahukan mengenai Bani Israil, betapa banyak mereka menyaksikan tanda-tanda yang sangat jelas, ketika mereka bersama Nabi Musa as. yaitu berupa hujjah, yang memastikan kebenaran apa yang dibawa Musa kepada mereka, seperti tangannya (yang bersinar), tongkat, pembelahan laut, pemukulan batu, awan yang menaungi mereka dari sengatan panas, serta penurunan manna dan salwa, dan tanda-tanda lainnya yang menunjukkan adanya Allah yang berbuat sesuai dengan kehendak-Nya, serta kebenaran rasul yang terjadi pada dirinya berbagai macam keajaiban. Namun demikian, kebanyakan dari Bani Israil berpaling darinya dan mengganti nikmat Allah Ta’ala dengan kekufuran. Maksudnya, mereka berpaling dan menukar keimanan dengan kekufuran; wa may yubaddil ni’matallaaHi mim ba’di maa jaa-atHu fa innallaaHa syadiidul ‘iqaab (“Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.”)
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman untuk memberitahukan keadaan orang kafir Quraisy yang artinya: “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar niknaat Allah dengan kekufuran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahanam, mereka masuk ke dalamnya, dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS. Ibrahim: 28-29)
Kemudian Allah swt. memberitahukan, bahwasanya Dia menjadikan kehidupan dunia ini indah bagi orang-orang kafir. Mereka puas dan merasa tenang dengannya. Mereka kumpulkan harta kekayaan dan enggan untuk membelanjakannya dalam hal-hal yang telah diperintahkan dan diridhai-Nya. Selain itu mereka juga memandang hina orang-orang yang beriman, yang berpaling dari tipu daya dunia serta menginfakkan rizki yang mereka peroleh untuk berbuat ketaatan kepada Rabb mereka dan membelanjakannya dalam rangka mencari keridhaan-Nya. Karena itu, mereka beruntung di akhirat kelak dengan memperoleh tempat paling nyaman dan bagian yang amat banyak pada hari mereka dikembalikan. Orang-orang yang beriman ini memperoleh kedudukan di atas orang-orang kafir di padang mahsyar, tempat mereka digiring dan dikembalikan, di mana mereka menempati derajat ‘ala ‘illiyyin (peringkat paling tinggi), sedang orang-orang kafir itu akan hidup kekal selama-lamanya di neraka yang paling bawah.
Oleh karena itu Allah berfirman: wallaaHu yarzuqu may yasyaa-u bighairi hisaab (“Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”) artinya Dia memberi rizki kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menganugerahkan karunia yang melimpah tanpa batas yang tidak bisa dihitung baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana diriwayatkan sebuah hadits qudsi bahwa Rasulullah saw. bersabda bahwa Allah berfirman: “Hai anak Adam berinfaklah, niscaya Aku memberi [limpahan] rizki kepadamu.” (al-Humaidi dan Zaadul Masir oleh Ibnu Jauzi)
Dan Allah telah berfirman yang artinya: “Dan barang apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya.” (QS. Saba’: 39)
Diriwayatkan bahwa dalam hadits shahih disebutkan: “Turun dua malaikat pada tiap pagi dari langit, yang satu berdo’a: ‘Ya Allah, berikanlah pada orang dermawan ganti (dari harta yang diinfakkannya)’. Dan yang lainnya berdo’a: ‘Ya Allah, berilah pada orang kikir kerusakan (dalam hartanya)’”
Dan diriwayatkan dalam hadits shahih disebutkan: “Manusia berkata, Hartaku, hartaku, adakah bagimu dari hartamu kecuali apa yang engkau makan lalu lenyap, dan apa yang engkau pakai lalu hancur, dan apa yang engkau sedekahkan kemudian berlalu dan selain dari itu akan lenyap dan ditinggalkan untuk orang lain.”
Dalam kitab al-Musnad, Imam Ahmad meriwayatkan dari Nabi beliau bersabda: “Dunia ini adalah tempat tinggal orang yang tidak mempunyai tempat tinggal, harta kekayaan bagi orang yang tidak mempunyai harta kekayaan, dan untuknya orang yang tidak berakal mengumpulkan.” (HR. Ahmad; Dha’if: Didha’ifkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Dha’iiful Jaami’ [3012])
&
No comments:
Post a Comment