Saturday, June 9, 2018

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 214

0 Comments

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 214

13APR
Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
tulisan arab surat albaqarah ayat 214“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah.’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al-Baqarah: 214)
Allah swt. berfirman: am hasibtum an tadkhulul jannata (“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga.”) Sebelum kamu diuji dan dicoba, sebagaimana yang Allah Ta’ala timpakan kepada orang-orang yang sebelum kamu. Oleh karena itu, Dia pun berfirman: wa lammaa ya’tikum matsalul ladziina khalau min qablikum massatHumul ba’saa-u wadl-dlarraa-u (“Padahal belum datang kepadamu [cobaan] sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan.”) Yaitu berupa berbagai macam penyakit, musibah, dan cobaan.”)
Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Abu al-Aliyah, Mujahid, Sa’id bin Jabir, Murrah al-Hamdani, Hasan al-Bashri, Qatadah, adh-Dhahhak, Rabi’ bin Anas, as-Suddi, dan Mugatil bin Hayyan mengatakan, al-ba’saa berarti kefakiran, adh-dharra’ berarti penyakit, wa zulzilu berarti dibuat terguncang jiwa mereka dengan goncangan yang keras dari musuh, dan mereka diuji dengan berbagai cobaan yang sangat berat. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih, dari Khabab bin al-Arat, ia menceritakan, kami tanyakan:
“‘Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak memohon pertolongan untuk kami, dan mengapa engkau tidak mendo’akan kami?” Maka beliau pun bersabda, “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian, ada di antara mereka yang digergaji pada tengah-tengah kepalanya hingga terbelah sampai kedua kakinya, namun hal itu tidak memalingkan dirinya dari agama yang dipeluknya. Ada juga yang tubuhnya disisir dengan sisir besi sampai terpisah antara daging dan tulangnya, namun hal itu tidak menjadikannya berpaling dari agamanya.” Selanjutnya beliau bersabda, “Demi Allah, Allah benar-benar akan menyempurnakan perkara (agama) ini sehingga seorang yang berkendaraan dari Shana menuju ke Hadhramaut tidak merasa takut kecuali kepada Allah, dan hanya mengkhawatirkan serigala atas kambingnya. Tetapi kalian adalah kaum yang tergesa-gesa.”
Allah berfirman yang artinya: “Alif laaf miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-Ankabuut: 1-3)
Sebagian besar dari cobaan tersebut telah menimpa para Sahabat pada peristiwa perang Ahzab, sebagaimana firman Allah yang artinya: “(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat. Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.’” (QS. Al-Ahzaab: 10-12)
Ketika Heraclius bertanya kepada Abu Sufyan: “Apakah kalian memeranginya?” “Ya”, Jawab Abu Sufyan. “Bagaimana peperangan yang terjadi di antara kalian?” tanya Heraclius. Abu Sufyan menjawab: “Bergantian, terkadang kami yang menang, dan terkadang dia yang memenangkannya.” Lebih lanjut Heraclius mengatakan: “Demikian juga para Rasul diuji, sedangkan kemenangan terakhir adalah untuk mereka.”
Dan firman Allah Ta’ala: matsalul ladziina khalau min qablikum (“Sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu.”) Yakni, sudah menjadi ketetapan bagi mereka. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Maka Kami telah binasakan orang-orang yang lebih besar kekuatannya daripada mereka itu (kaum Musyrikin Makkah) dan telah terdahulu (tersebut dalam al-Qur an) perumpamaan umat-umat masa lalu.” (QS. Az-Zukhruf: 8)
Firman-Nya selanjutnya: wa zulziluu hattaa yaquular rasuulu wal ladziina aamanuu ma’aHu mataa nashrullaaHi (“Dan mereka digoncangkan [dengan berbagai macam cobaan] sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’”) Artinya, mereka memohon agar diberikan kemenangan atas musuh-musuh mereka dan berdo’a agar didekatkan dengan kemenangan serta dikeluarkan dari kesulitan dan kesusahan.
Maka Allah swt. pun berfirman: alaa inna nashrallaaHi qariib (“Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.”)
Sebagaimana Dia berfirman: fa inna ma’al ‘usri yusran inna ma’al ‘usri yusran (“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah: 5-6)
Dan sebagaimana difirmankan bahwa kesulitan itu diturunkan bersama pertolongan. Oleh karena itu Dia berfirman: alaa inna nashrallaaHi qariib (“Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.”)
&

No comments:

Post a Comment

 
back to top