Tafsir Ibnu Katsir Surah Ali ‘Imraan ayat 69-74
2MAR
“Segolongan dari ahli kitab ingin menyesatkan kamu, Padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. (QS. 3:69) Hai ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, Padahal kamu mengetahui (kebenarannya). (QS. 3:70) Hai ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan Menyembunyikan kebenaran, Padahal kamu mengetahuinya? (QS. 3:71) Segolongan (lain) dari ahli kitab berkata (kepada sesamanya): “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran). Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Rabb-mu “. Katakanlah: “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Mahamengetahui. (QS. 3:73) Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. 3:74)
Allah memberitahukan tentang kedengkian orang-orang Yahudi serta kejahatan mereka terhadap orang-orang yang beriman atas usaha mereka menjerumuskan ke dalam kesesatan. Allah memberitahukan bahwa akibat buruk dari perbuatan mereka itu akan kembali kepada mereka sendiri sedang mereka tidak menyadari bahwa mereka terpedaya oleh diri mereka sendiri.
Kemudian Allah berfirman sebagai pengingkaran terhadap mereka: yaa aHlal kitaabi lima takfuruuna bi aayaatillaaHi wa antum tasyHaduun (“Wahai Ahlul Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui [kebenarannya]”) Artinya, bahwa kalian mengetahui kebenaran ayat-ayat tersebut serta membuktikannya.
Yaa aHlal kitaabi lima talbisuunal haqqa bil baathili wa taktumuunal haqqa wa antum ta’lamuun (“Wahai Ahlul Kitab, mengapa kamu memcampur-adukkan yang baq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?”) yakni, kalian menyembunyikan sifat Muhammad yang telah tertulis di dalam kitab-kitab kalian, sedang kalian telah mengetahui dan membuktikannya.
Qaalat thaa-ifatum min aHlil kitaabi aaminuu bil ladzii unzila ‘alal ladziina aamanuu wajHan naHaari wakfuruu aakhiraHuu (“Segolongan lain dari Ahlul Kitab berkata [kepada sesamanya], ‘Perlihatkanlah [seolah-olah] kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang yang beriman [Sahabat-Sahabat Rasul] pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya.”)
Ini merupakan tipu daya yang dimaksudkan untuk menjadikan orang-orang yang lemah bingung terhadap masalah agama mereka. Mereka bersepakat untuk menampakkan keimanan pada siang hari dan mengerjakan shalat Subuh bersama orang-orang yang beriman. Jika siang telah berlalu, maka mereka kembali ke agama mereka sendini, agar orang-orang yang tidak mengerti mengatakan, “Yang menyebabkan mereka kembali kepada agama mereka lagi, bahwa mereka menemukan adanya kekurangan dan aib (cacat) dalam agama orang-orang Islam. Oleh karena itu mereka mengatakan: la’allaHum yarji’uun (“Supaya mereka (orang-orang yang beriman) kembali [kepada kekafiran].”)
Al-‘Aufi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, “Segologan Ahlul Kitab mengatakan, Jika kalian bertemu dengan Sahabat-Sahabat Muhammad pada permulaan Siang, maka berimanlah. Dan jika waktu siang telah berlalu (sore hari), maka kerjakanlah shalat berdasarkan tuntunan agama kalian, supaya mereka mengatakan, `Mereka adalah Ahlul Kitab dan lebih tahu daripada kita.’ Demikian pula diriwayatkan dari Qatadah, as-Suddi, ar-Rabi’, dan Abu Malik.
Dan firman-Nya, wa laa tu’minuu illaa liman tabi’a diinakum (“Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu.”) Maksudnya, orang-orang Yahudi mengatakan, janganlah kalian mempercayai atau memperlihatkan rahasia kalian dan apa yang ada pada kalian kecuali kepada orang-orang yang mengikuti agama kalian. Jangan pula kalian memberitahukan apa yang kalian ketahui mengenai sifat Muhammad kepada kaum muslimin sehingga mereka akan mempercayainya dan menjadikannya sebagai hujjah atas kalian.
Allah Ta’ala berfirman: qul innal Hudaa HudallaaHi (“Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk [yang harus diikuti] adalah petunjuk Allah.”) Maksudnya, Dia-lah yang memberi hidayah kepada hati orang-orang yang beriman menuju kepada kesempurnaan iman dengan apa yang diturunkan kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad, berupa tanda-tanda yang nyata, bukti-bukti yang pasti, dan hujjah-hujjah yang jelas, meskipun kalian, wahai orang-orang Yahudi, menyembunyikan apa yang kalian ketahui mengenai sifat Muhammad dari kitab-kitab yang kalian peroleh dari para Nabi sebelumnya.
Firman-Nya: ay yu’taa ahadum mitsla maa uutiitum aw tuhaajjuukum ‘inda rabbikum (“Dan janganlah kamu percaya bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan jangan pula kamu percaya bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Rabb-mu.”) Maksudnya; orang-orang Yahudi mengatakan, “Janganlah kalian memberitahukan ilmu yang ada pada kalian kepada kaum muslimin, sehingga mereka akan mempelajarinya dari kalian serta menyamai kalian dalam penguasaannya dan bahkan melebihi kalian karena keteguhan iman mereka akan mengalahkan kalian di sisi Rabb kalian. Yaitu mereka akan menjadikannya sebagai hujjah terhadap kalian. Sehingga dengan demikian akan ada bukti dan hujjah yang kuat terhadap kalian di dunia dan di akhirat.
Firman-Nya: qul innal fadl-la biyadillaaHi yu’tiiHi may yasyaa-u (“Katakanlah, Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Dia memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”) artinya, segala sesuatu berada di bawah kendali Allah, Dia yang memberi atau menahan, menganugerahkan iman, pengetahuan, dan pengaturan yang sempurna kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, juga menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, dengan membutakan mata kepala dan mata hatinya, mengunci hati dan pendengarannya, serta menutup penglihatannya. Hanya Dia pemilik hujjah yang sempurna dan hikmah yang sempurna.
wallaaHu waasi’un ‘aliim. Yakhtashshu birahmatiHii may yasyaa-u wallaaHu dzul fadl-lil ‘adhiim (“Dan Allah Mahaluas [karunia-Nya] lagi Mahamengetahui. Allah menentukan rahmat-Nya [kenabian] kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
Maksudnya, wahai orang-orang yang beriman, Allah telah mengkhususkan karunia-Nya kepada kalian, karunia yang tidak terhingga dan tidak terlukiskan, berupa kemuliaan yang dianugerahkan kepada Nabi kalian, Muhammad atas semua Nabi yang lainnya. Dan dengan hidayah yang diberikan kepada kalian menuju kesempurnaan syari’at.
&
No comments:
Post a Comment