Tafsir Ibnu Katsir Surah Ali ‘Imraan ayat 65-68
2MAR
“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir. (QS. 3:65) Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah-membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS. 3:66) Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik”. (QS. 3:67) Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS. 3:68)
Allah mengingkari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang saling berbantah-bantahan di antara mereka mengenai Ibrahim Khalilullah serta pengakuan setiap kelompok dari mereka bahwa Ibrahim adalah dari golongan mereka, sebagaimana Muhammad bin Ishaq bin Yasar mengatakan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Orang-orang Nasrani Najran dan para pendeta Yahudi berkumpul di tempat Rasulullah, lalu mereka saling bertengkar di hadapan beliau. Para pendeta Yahudi itu berkata, ‘Ibrahim itu tiada lain adalah seorang Yahudi.’ Sedangkan orang-orang Nasrani berkata, ‘Ibrahim itu tidak lain adalah seorang Nasrani.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, yaa aHlal kitaabi lima tuhaajjuuna fii ibraaHiima (“Wahai Ahlul Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim.”)
Maksudnya, hai orang-orang Yahudi, bagaimana mungkin kalian mengakuinya bahwa ia itu seorang Yahudi, padahal zamannya itu sebelum Allah menurunkan Taurat kepada Musa as. Dan
bagaimana mungkin, hai orang-orang Nasrani, kalian mengakuinya bahwa ia itu seorang Nasrani, padahal agama Nasrani itu adalah setelah masanya Ibrahim berlalu.
bagaimana mungkin, hai orang-orang Nasrani, kalian mengakuinya bahwa ia itu seorang Nasrani, padahal agama Nasrani itu adalah setelah masanya Ibrahim berlalu.
Oleh karena itu, Allah berfirman: Haa antum Haa-ulaa-i haajajtum fiimaa lakum biHii ‘ilmun falima tuhaajjuuna fiimaa laisa lakum biHii ‘ilmun (“Beginilah kamu, kamu ini [sewajarnya bantah-membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka mengapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui?”)
Hal ini merupakan penolakan terhadap orang-orang yang berbantah-bantahan mengenai suatu hal yang sama sekali tidak mereka ketahui. Karena sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani itu berbantah-bantahan mengenai Ibrahim tanpa didasari pengetahuan. Sekiranya mereka memperdebatkan mengenai sesuatu yang ada pada mereka yang mereka ketahui, seperti yang berkenaan dengan agama mereka yang telah disyari’atkan bagi mereka sampai pada pengutusan Muhammad, tentu yang demikian itu akan lebih baik bagi mereka. Namun sayangnya mereka memperdebatkan sesuatu yang mereka tidak mengetahui.
Oleh karena itu, Allah mengingkari apa yang mereka lakukan tersebut serta memerintahkan mereka untuk menyerahkan apa yang mereka tidak ketahui itu kepada Allah yang Mahamengetahui semua hal yang ghaib dan yang nyata, yang mengetahui segala sesuatu dengan sebenar-benarnya dan sejelas-jelasnya. Untuk itu Dia berfirman: wallaaHu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun (“Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”)
Setelah itu Dia berfirman: Maa kaana ibraaHiimu yaHuudiyyaw wa laa nashraaniyyaw walaakin kaana haniifam musliman (“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan [pula] seorang Nasrani, akan tetapi ia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri [kepada Allah].”) Hanifan artinya berpaling dari kemusyrikan, menuju kepada iman. Wa maa kaana minal musyrikiin (“dan bukanlah sekali-sekali ia termasuk golongan orang orang musyrik.”) Ayat ini seperti (semakna) dengan ayat yang telah berlalu pada surat al-Baqarah: wa qaaluu kuunuu Hudan au nashaaraa taHtaduu (“Mereka berkata: ‘Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.’”) (QS. Al-Baqarah: 135)
Selanjutnya Dia berfirman, inna aulan naasi bi-ibraaHiima lalladziinat taba’uuHu wa Haadzan nabiyyuu wal ladziina aamanuu wallaaHu waliyyul mu’miniin (“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim adalah orang orang yang mengikutinya dan Nabi ini [Muhammad], serta orang-orang yang beriman [kepada Muhammad]. Dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.”)
Artinya Allah menyampaikan, bahwa orang yang paling berhaq sebagai pengikut Ibrahim Khalilullah adalah orang-orang yang mengikutinya dalam agamanya, dan Nabi ini [Muhammad saw.] dan orang-orang beriman dari para shahabatnya yaitu kaum Anshar dan Muhajirin serta orang-orang yang mengikuti mereka [para shahabat ini].
Sedangkan firman Allah: wallaaHu waliyyul mu’miniin (“dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.”) maksudnya pelindung bagi semua orang yang beriman kepada para Rasul-Nya.
&
No comments:
Post a Comment