Saturday, June 9, 2018

Tafsir Ibnu Katsir Surah Ali ‘Imraan ayat 86-89

0 Comments

Tafsir Ibnu Katsir Surah Ali ‘Imraan ayat 86-89

6MAR
tulisan arab alquran surat ali imraan ayat 86-89“Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar Rasul, dan keterangan-keterangan pun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zhalim. (QS. 3:86) Mereka itu balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat Para Malaikat dan manusia seluruhnya. (QS. 3:87) Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh, (QS. 3:88) Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. 3:89)
Ibnu Jarir meriwayatkan dan Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Ada seseorang dari kaum Anshar yang masuk Islam kemudian ia murtad dan berbuat kemusyrikan. Setelah itu ia menyesal. Kemudian ia mengutus kepada kaumnya untuk menanyakan hal itu kepada Rasulullah: “Apakah ada kesempatan bagiku untuk bertaubat?” Maka turunlah ayat, “Bagaimana Allah akan memberikan petunjuk kepada suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, dan mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar Rasul, serta beberapa keterangan telah datang kepada mereka? Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. Mereka itu, balasannya adalah bahwa bagi mereka laknat Allah, dan laknat para Malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” Lalu kaumnya itu diperintahkan menemuinya kembali, hingga akhirnya ia masuk Islam kembali.
Demikianlah yang diriwayatkan an-Nasa’i, al-Hakim dan Ibnu Hibban dari Dawud bin Abu Hind. Dan menurut al-Hakim hadits ini shahih tetapi tidak dikeluarkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
Abdurrazzaq berkata: “Telah mengabarkan kepada kami Ja’far bin Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Humaid al-A’raj, dari Mujahid, ia berkata, al-Harits bin Suwaid datang dan masuk Islam di hadapan Nabi, lalu ia kafir lagi dan kembali kepada kaumnya, maka Allah pun menurunkan berkenaan dengan dia ini, yaitu firman-Nya:
“Bagaimana Allah akan memberikan petunjuk kepada suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, dan mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar Rasul, serta beberapa keterangan telah datang kepada mereka? Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. Mereka itu, balasannya adalah bahwa bagi mereka laknat Allah, dan laknat para Malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang. “Kemudian, lanjut Mujahid, seorang dari kaumnya membawakan ayat-ayat tersebut dan membacakannya, maka al-Harits pun berkata: “Sungguh, demi Allah, aku tahu bahwa kamu jujur dan Rasulullah lebih jujur darimu dan Allah yang paling jujur dari semuanya.” Setelah itu al-Harits kembali dan memeluk Islam lagi dengan sebaik-baiknya.
Firman-Nya, kaifa yaHdillaaHu qauman kafaruu ba’da iimaaniHim wa syaHiduu annar rasuula haqquw wa jaa-aHumul bayyinaat (“Bagaimana Allah akan memberikan petunjuk kepada suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, dan mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar Rasul, serta beberapa keterangan telah datang kepada mereka?”
Artinya telah jelas bagi mereka berbagai hujjah dan bukti kebenaran apa yang dibawa oleh Rasulullah, serta telah nyata perkara itu bagi mereka, tetapi kemudian murtad, kembali kepada kegelapan syirik, maka bagaimana mungkin mereka akan memperoleh hidayah setelah mereka bergelimang dalam kebutaan. Oleh karena itu Allah swt. berfirman, wallaaHu laa yaHdil qaumadh dhaalimiin (“Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.”)
Setelah itu Dia berfirman, ulaa-ika jazaa-uHum anna ‘alaiHim la’natallaaHi wal malaa-ikati wan naasi ajma’iin (“Mereka itu, balasannya adalah bahwa bagi mereka laknat Allah, laknat para Malaikat dan manusia seluruhnya.”) Maksudnya, mereka mendapatkan laknat dari Allah dan seluruh makhluk-Nya. Khaalidiina fiiHaa (“Mereka kekal di dalamnya,”) yaitu dalam laknat. Laa yukhaffafu ‘anHumul ‘adzaabu wa laa Hum yundharuun (“Tidak diringankan siksa dari mereka dan tidak [pula] mereka diberi tangguh.”) Maksudnya, siksa mereka tidak akan dikurangi atau diringankan meskipun hanya sesaat. Dan selanjutnya Allah berfirman: illalladziina taabuu mim ba’di dzaalika wa ash-lahuu fa innallaaHa ghafuurur rahiim (“Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah [kafir] itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”) Ini merupakan bagian dari kelembutan, kebaikan, kesantunan, kasih sayang, dan kemurahan-Nya bagi makhluk-Nya, bahwa barangsiapa yang bertaubat kepada-Nya, maka Dia akan mengampuninya.
&

No comments:

Post a Comment

 
back to top