Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nisaa’ ayat 40-42
8FEB
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (QS. 4:40) Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat, dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (QS.4:41) Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai Rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadian pun. (QS. 4:42)” (an-Nisaa’: 40-42)
Allah berfirman mengabarkan bahwa, Allah tidak akan menzhalimi satu makhluk sebesar biji dzarrah pun. Tetapi Allah akan membalasnya dan melipat gandakannya, jika terdapat suatu kebaikan, sebagaimana Allah berfirman: “Kami akan memasang timbangan yang tepat.” (QS. Al-Anbiyaa’: 47)
Di dalam ash-Shahihain dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Rasulullah saw. dalam hadits yang panjang tentang syafa’at bersabda: “Allah berfirman: ‘Kembalilah kalian [malaikat]. Barangsiapa yang kalian dapatkan di dalam hatinya seberat biji dzarrah keimanan, maka keluarkanlah dia dariapi Neraka”. Di dalam satu lafazh: “Seberat biji dzarrah yang paling ringan sekali dari keimanan, maka keluarkanlah dia dari api Neraka, lalu mereka(Malaikat) pun mengeluarkan banyak manusia.” Kemudian Abu Sa’id berkata: “Jika kalian mau, bacalah: “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah.”
Abu Zur’ah mengabarkan kepada kami dari Sa’id bin Jubair tentang firman Allah: wa in taku hasanatay yudlaa’ifHaa (“Dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya.”) Adapun orang musyrik, maka akan diringankan siksanya pada hari Kiamat, tapi tidak dikeluarkan dari api Neraka selama-lamanya.
Beliau berdalil dengan hadits shahih bahwa al-‘Abbas berkata: “Ya Rasulullah! Sesungguhnya pamanmu Abu Thalib selalu melindungi dan membantumu, apakah semua itu bermanfaat baginya?” Beliau menjawab: “Ya, dia berada di dalam api Neraka yang dangkal. Seandainya bukan karena aku, niscaya ia berada di api Neraka yang paling bawah.”
Firman Allah: fa kaifa idzaa ji’naa min kulli ummatim bisyaHiidiw wa ji’naa bika ‘alaa Haa-ulaa-i syaHiidan (“Maka bagaimanakah [halnya orang kafir nanti], apabila Kami mendatangkan seseorang saksi [Rasul] dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu [Muhammad] sebagai saksi atas mereka itu [sebagai umatmu.”)
Allah berfirman mengabarkan tentang dahsyatnya hari Kiamat serta sulitnya urusan dan keadaannya. Maka bagaimanakah urusan dan keadaan hari Kiamat nanti, di saat didatangkan untuk setiap umat seorang saksi yaitu para Nabi’.
Al-Bukhari meriwayatkan, bahwa `Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Bacakanlah untukku”! Aku bertanya: “Ya Rasulullah apakah aku bacakan kepadamu, padahal (al-Qur’an) ini diturunkan kepadamu?” Beliau menjawab: “Ya, aku senang mendengarkannya dari orang lain”. Maka aku membaca surat an-Nisaa’, hingga pada saat aku sampai pada ayat ini: fa kaifa idzaa ji’naa min kulli ummatim bisyaHiidiw wa ji’naa bika ‘alaa Haa-ulaa-i syaHiidan (“Maka bagaimanakah [halnya orang kafir nanti], apabila Kami mendatangkan seseorang saksi [Rasul] dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu [Muhammad] sebagai saksi atas mereka itu [sebagai umatmu.”) Beliaubersabda: “Cukuplah sekarang.” Ternyata air matanya berlinang.” (Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim).
Firman Allah: yauma-idziy yawaddul ladziina kafaruu wa ‘ashawur rasuula lau tusawwaa biHimul ardlu wa laa yaktumuunallaaHa hadiitsan (“Di hari itu orang-orang kafir dan orang yang mendurhakai Rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadian pun.”)
Yaitu seandainya bumi terbelah dan menelan mereka. (Mereka berkata seperti itu) disebabkan apa yang mereka lihat mengenai dahsyatnya hari Kiamat, serta hal-hal yang mereka akan terima berupa kehinaan, terbukanya aib dan celaan. Seperti firman Allah: “Pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya.” (QS. An-Naba’: 40)
`Abdurrazzaq mengatakan dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, seorang laki-laki datang kepada Ibnu `Abbas dan berkata: “Ada beberapa hal yang aku nilai bertentangan di dalam al-Qur’an”. Ia bertanya: “Apa itu, apakah ada keraguan dalam al-Qur’an?” Dia berkata: “Bukan ragu, tetapi bertentangan.” Ia berkata lagi: “Berikan apa yang engkau anggap bertentangan?” Dia berkata: “Aku mendengar Allah berfirman: tsumma lam takun fitatuHum illaa an qaaluu wallaaHi rabbanaa maa kunnaa musyrikiin (“Kemudian tiadalah fitnah mereka kecuali mengatakan: Demi Allah, Rabb kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.”) (QS. A1-An’aam: 23). Dan firman-Nya: wa laa taktumuunallaaHa hadiitsan (“Dan mereka tidak dapat menyembunyikan [dari Allah] sesuatu kejadian pun.”) Sedangkan mereka telah sembunyikan.”
Lalu Ibnu `Abbas menjawab: firman-Nya: tsumma lam takun fitatuHum illaa an qaaluu wallaaHi rabbanaa maa kunnaa musyrikiin (“Kemudian tiadalah fitnah mereka kecuali mengatakan: Demi Allah, Rabb kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.”) mereka ketika pada hari Kiamat menyaksikan bahwasanya Allah tidak memberikan ampunan kecuali untuk orang Islam dan mengampuni berbagai dosa serta tidak ada dosa yang dianggap besar dan Allah tidak mengampuni dosa syirik, maka orang-orang musyrik itu berkata: “Demi Allah, Rabb kami, kami bukanlahorang-orang musyrik.” Mereka berharap agar Allah mengampuni mereka. Maka Allah mengunci mulut-mulut mereka, sementara tangan-tangan dan kaki-kaki mereka berbicara tentang apa yang telah mereka lakukan. Ketika itulah:
yauma-idziy yawaddul ladziina kafaruu wa ‘ashawur rasuula lau tusawwaa biHimul ardlu wa laa yaktumuunallaaHa hadiitsan (“Di hari itu orang-orang kafir dan orang yang mendurhakai Rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadian pun.”)
&
No comments:
Post a Comment