Saturday, June 9, 2018

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 174-176

0 Comments

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 174-176

6APR
Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
tulisan arab surat albaqarah ayat 174-176“Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, Yaitu Al kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang Amat pedih. (QS Al-Baqarah: 174) Mereka Itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka Alangkah beraninya mereka menentang api neraka! (QS Al-Baqarah: 175) Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al kitab dengan membawa kebenaran; dan Sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).” (QS Al-Baqarah: 176)
Allah berfirman: innal ladziina yaktumuuna maa anzalallaaHu minal kitaabi (“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al-Kitab.”) Yakni orang-orang Yahudi yang menyembunyikan sifat Nabi Muhammad yang terdapat dalam kitab-kitab yang berada di tangan mereka, seperti sifat-sifat yang membuktikan kerasulan dan kenabiannya. Mereka menyembunyikannya agar kepemimpinan mereka tidak hilang serta hadiah dan pemberian yang diterimanya dari masyarakat Arab sebagai penghormatan terhadap nenek moyang mereka tidak lenyap begitu saja, tetapi mereka tak berhasil dan merugi di dunia dan akhirat, serta mendapatkan kemurkaan yang berlipat ganda.
Allah mencela mereka mereka dalam kitabnya dalam beberapa surat, di antaranya adalah firman-Nya: innal ladziina yaktumuuna maa anzalallaaHu minal kitaabi wa yasy-taruuna biHii tsamanan qaliilan (“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al-Kitab, dan menjualnya dengan harga yang murah.”) yaitu berupa harta benda dan kehidupan dunia.
Ulaa-ika maa ya’kuluuna fii buthuuniHim illan naara (“Mereka itu sebenarnya tidak memakan [tidak menelan] ke dalam perutnya melainkan api.”) Artinya, apa yang mereka makan tersebut sebenarnya merupakan balasan atas perbuatan mereka menyembunyikan kebenaran, yaitu berupa api yang menyala-nyala di dalam perut mereka pada hari kiamat kelak.
Sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dhalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala [neraka].” (QS. An-Nisaa’: 10).
Dalam sebuah hadits shahih diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang makan dan minum dalam bejana emas dan perak, sebenarnya ia menelan api neraka Jahanam ke dalam perutnya.”
Dan firman Allah: walaa yukallamu HumullaaHu yaumal qiyaamati walaa yuzakkiiHim wa laHum ‘adzaabun aliim (“Dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.”) Yang demikian itu karena Allah sangat murka kepada mereka sebab mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahuinya. Sehingga dengan itu mereka berhak mendapatkan kemurkaan. Maka Allah Ta’ala tidak melihat ke arah mereka dan tidak pula menyucikannya, artinya Dia tidak memuji dan menyanjung mereka melainkan mengadzab mereka dengan adzab yang sangat pedih.
Selanjutnya untuk memberitahukan tentang keadaan mereka itu Allah Ta’ala berfirman: ulaa-ikal ladziinasy-tarawudl-dlalaalata bil Hudaa (“Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk.”) Maksudnya, mereka menukar petunjuk, yaitu perintah menyebarluaskan sifat Rasulullah yang terdapat dalam kitab-kitab mereka, berita tentang pengutusannya, dan penyampaian berita gembira mengenai kedatangannya melalui kitab-kitab para nabi, serta keharusan mengikuti dan membenarkannya. Namun mereka menukar hal itu dengan kesesatan, yaitu dengan cara mendustakan, mengingkari, serta menyembunyikan sifat-sifat Rasulullah di dalam kitab-kitab mereka.
Wal ‘adzaaba bil maghfirati (“[Membeli] siksaan dengan ampunan.”) Artinya, mereka menukar ampunan dengan adzab, sehingga mendapat siksa.
Dan firman-Nya: famaa ashbaraHum minan naar (“Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka.”) Allah Ta’ala memberitahukan bahwa mereka berada dalam siksaan yang teramat pedih, seram, dan menakutkan, orang yang menyaksikan mereka merasa heran atas keberanian mereka menghadapi api neraka tersebut, padahal siksaan, hukuman dan belenggu yang mereka jalani sangatlah berat. Semoga Allah melindungi kita darinya.
Ada juga yang mengatakan: firman Allah Ta’ala: famaa ashbaraHum minan naar; berarti betapa tegar mereka berbuat berbagai kemaksiatan yang mengantarkan mereka ke dalam api neraka.
Sedangkan firman Allah Ta’ala berikutnya: dzaalika bi-annallaaHa nazzalal kitaaba bil haqqi (“Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan al-Kitab dengan membawa kebenaran.”) Artinya, mereka berhak mendapatkan siksaan yang pedih seperti itu karena Allah Ta’ala telah menurunkan kitab-kitab kepada rasul-Nya, Muhammad dan juga para nabi sebelumnya untuk menegaskan kebenaran dan mengikis kebatilan. Namun mereka menjadikan ayat-ayat Allah itu sebagai bahan ejekan belaka. Kitab yang ada pada mereka menyuruh mereka menampakkan dan menyebarluaskan pengetahuan, tetapi mereka menolak dan mendustakannya. Dan Rasulullah, penutup para Nabi, menyeru mereka ke jalan Allah, memerintahkan untuk berbuat kebaikan dan mencegah dari berbuat kemungkaran; tetapi mereka mendustakannya.
Dengan mengingkari, dan menyembunyikan sifat-sifat beliau, berarti mereka telah menghina ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Oleh karena itu mereka berhak mendapatkan siksaan dan hukuman. Oleh sebab itu pula Allah swt. berfirman: dzaalika bi-annallaaHa nazzalal kitaaba bil haqqi wa innal ladziinakhtalafuu fil kitaabi lafii syiqaaqim ba’iid (“Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al-kitab dengan membawa kebenaran; dan Sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang [kebenaran] Al kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh [dari kebenaran].”)
&

No comments:

Post a Comment

 
back to top