Friday, June 8, 2018

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Fatihah (Pembukaan) 8 (QS1:2)

0 Comments
tulisan arab al-faatihah ayat 2
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Fatihah (Pembukaan)
Surah Makkiyyah; surah ke 1: 7 ayat
alhamdulillaaHi rabbil ‘aalamiiin (“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.”)

Al-Qurra as-Sab’ah (tujuh ahli qira’ah) membacanya dengan memberi harakat dlammah pada huruf dal pada kalimat alhamdulillaaH, yang merupakan mubtada’ (subyek) dan khabar (predikat).
Abu Ja’far bin Jarir mengatakan: “AlhamdulillaH berarti syukur kepada Allah swt. semata dan bukan kepada sesembahan selain-Nya, bukan juga kepada makhluk yang telah diciptakan-Nya, atas segala nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang tidak terhingga jumlahnya, dan tidak ada seorangpun selain Dia yang mengetahui jumlahnya. Berupa kemudahan berbagai sarana untuk mentaati-Nya dan anugerah kekuatan fisik agar dapat menunaikan kewajiban-kewajiban-Nya. Selain itu, pemberian rizky kepada mereka di dunia, serta pelimpahan berbagai nikmat dalam kehidupan, yang sama sekali mereka tidak memiliki hak atas hal itu, juga sebagai peringatan dan seruan kepada mereka akan sebab-sebab yang dapat membawa kepada kelanggengan hidup di surga tempat segala kenikmatan abadi. Hanya bagi Allah segala puji, baik di awal maupun di akhir.”
Ibnu Jarir mengatakan: “AlhamdulillaaH; merupakan pujian yang disampaikan Allah untuk diri-Nya. Di dalamnya terkandung perintah kepada hamba-hamba-Nya supaya mereka memuji-Nya. Seolah-olah Dia mengatakan: ‘Ucapkanlah, alhamdulillaaH.’”
Lanjut Ibnu Jarir: “Telah dikenal di kalangan para ulama muta-akhkhirin, bahwa al-hamdu adalah pujian melalui ucapan kepada yang berhak mendapatkan pujian disertai penyebutan segala sifat-sifat baik yang berkenaan dengan dirinya maupun berkenaan dengan pihak lain. Adapun asy-syukru tiada lain kecuali dilakukan terhadap sifat-sifat yang berkenaan dengan selainnya, yang disampaikan melalui hati, lisan, dan anggota badan. Sebagaimana diungkapkan oleh seorang penyair: “Nikmat paling berharga, yang telah kalian peroleh dariku ada tiga macam. Yaitu melalui tangankku, lisanku dan hatiku yang tidak tampak ini.”
Namun demikian, mereka berbeda pendapat mengenai nama yang lebih umum, alhamdu ataukah asy-syukru. Mengenai hal ini terdapat dua pendapat. Dan setelah diteliti antara keduanya terdapat keumuman dan kekhususan. Alhamdu lebih umum dari asysyukru, karena terjadi pada sifat-sifat yang berkenaan dengan diri sendiri dan juga pihak lain, misalnya anda katakan: “Aku memujinya (alhamdu) karena sifatnya yang kesatria dan karena kedermawanan nya.” Tetapi juga lebih khusus, karena hanya bisa diungkapkan melalui ucapan. Sedangkan asy-syakru lebih umum daripada alhamdu, karena ia dapat diungkapkan melalui ucapan, perbuatan dan juga niat. Tetapi lebih khusus, karena tidak bisa dikatakan bahwa aku berterima kasih kepadanya atas sifatnya yang kesatria, namun bisa dikatakan aku berterima kasih kepadanya atas kedermawanan dan kbaikannya kepadaku.
Demikian itu yang disimpulkan oleh sebagian ulama muta-akhkhirin, wallaaHu a’lam.
Diriwayatkan dari al-Aswad bin Sari’ beliau berkata: “Aku berkata kepada Nabi saw: ‘Ya Rasulallah, maukah engkau aku bacakan puji-pujian yang dengannya aku memuji Rabb-ku, Allah Tabaaraka wa Ta’ala.’ Maka beliau bersabda: ‘Tentu saja, [sesungguhnya] Rabb-mu menyukai pujian [alhamdu].’” (HR Imam Ahmad dan an-Nasa-i)
Diriwayatkan oleh Abu ‘Isa, at-Tirmidzi, an-Nasa-i, dan Ibnu Majah, dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik dzikir adalah kalimat laa ilaaHa illaallaaH, dan sebaik-baik doa adalah alhamdulillaaH.”
Menurut at-Tirmidzi, hadits ini hasan gharib. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik, Rasulullah saw. bersabda: “Allah tidak menganugerahkan suatu nikmat kepada seorang hamba, lalu ia mengucapkan ‘alhamdulillaaH’, melainkan apa yang diberikan-Nya itu lebih baik dari pada apa yang diambilnya-Nya.”
“alif” dan “lam” pada kata “alhamdu” dimaksudkan untuk melengkapi bahwa segala macam jenis dan bentuk pujian itu, hanya untuk Allah semata.
“arrabbu” adalah pemilik, penguasa dan pengendali. Menurut bahasa, kata “Rabb” ditujukan kepada tuan dan kepada yang berbuat untuk perbaikan. Semuanya itu benar bagi Allah Ta’ala. Kata “arrabb” tidak digunaka untuk selain dari Allah kecuali jika disambung dengan kata lain setelahnya, misalnya “rabbuddaari” (pemilik rumah). Sedangkan kata “ar-Rabb” (secara mutlak), hanya boleh digunakan untuk Allah.
Ada yang mengatakan bahwa “Ar-rabb” itu merupakan nama yang agung (as-Ismul A’zham). Sedangkan “al-‘aalamiin” adalah bentuk jamak dari kata “ ’aalimun” yang berarti segala sesuatu yang ada selain Allah. “ ‘aalamun” merupakan bentuk jamak yang tidak memiliki mufrad (bentuk tunggal) dari kata itu. “al-‘awaalimun” berarti berbagai macam makhluk yang ada di langit, bumi, daratan maupun lautan. Dan setiap angkatan (pada suatu kurun/zaman) atau generasi disebut juga alam.
Bisyr bin ‘Imarah meriwayatkan dari Abu Rauq dari adl-Dlahhak dari Ibnu ‘Abbas: “AlhamdulillaaHi rabbil ‘aalamiin. Artinya, segala puji bagi Allah pemilik seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi serta apa yang ada di antara keduanya, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui.”
Az-Zajjaj mengatakan: “al-‘aalamu berarti semua yang diciptakan oleh Allah di dunia dan di akhirat.” Sedangkan al-Qurthubi mengatakan: “Apa yang dikatakan az-Zajjaj itulah yang benar, karena mencakup seluruh alam (dunia dan akhirat).
Menurut Ibnu Katsir, “al-‘alamu” berasal dari kata “al-‘alaamatun”, karena alam merupakan bukti yang menunjukkan adanya Pencipta serta keesaan-Nya. Sebagaimana Ibnu al-Mu’taz pernah mengatakan: “Sungguh mengherankan, bagaimana mungkin seorang bias mendurhakai Rabb, atau mengingkari-Nya, padahal dalam setiap segala sesuatu terdapa ayat untuk-Nya yang menunjukkan bahwa Dia adalah Esa.”
(bersambung ke bagian 9)

Al-Fatihah and the Prayer


Muslim recorded that Abu Hurayrah said that the Prophet said,
«"‏ مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ - ثَلاَثًا - غَيْرُ تَمَامٍ ‏"‏»
(Whoever performs any prayer in which he did not read Umm Al-Qur'an, then his prayer is incomplete.) He said it thrice.
Abu Hurayrah was asked, "﴿When﴾ we stand behind the Imam'' He said, "Read it to yourself, for I heard the Messenger of Allah say,
فَقِيلَ لأَبِي هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ ‏.‏ فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏"‏
« قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ :
﴿الْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعَـلَمِينَ ﴾، قَالَ اللهُ: حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ:
﴿الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ ﴾،.‏ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِي ‏.‏ وَإِذَا قَالَ:
﴿مَـلِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴾، قَالَ اللهُ: مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً: فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ:
﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴾، قَالَ: هذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ:
﴿اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ - صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّينَ ﴾، قَالَ اللهُ: هذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ»
(Allah, the Exalted, said, `I have divided the prayer (Al-Fatihah) into two halves between Myself and My servant, and My servant shall have what he asks for.' If he says,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ  
(1. In the Name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful.)
﴾الْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعَـلَمِينَ﴿
(2. All praise and thanks be to Allah, the Lord of existence.)
Allah says, `My servant has praised Me.' When the servant says,
﴿الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ ﴾
(3. The Most Gracious, the Most Merciful.)
Allah says, `My servant has glorified Me.' When he says,
﴿مَـلِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴾
(4. The Owner of the Day of Recompense.) Allah says, `My servant has glorified Me,' or `My servant has related all matters to Me.' When he says,
﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴾
(5. You (alone) we worship, and You (alone) we ask for help.) Allah says, `This is between Me and My servant, and My servant shall acquire what he sought.' When he says,
﴿اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ - صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّينَ ﴾
(6. Guide us to the straight path.) (7. The way of those on whom You have granted Your grace, not (the way) of those who earned Your anger, nor of those who went astray), Allah says, `This is for My servant, and My servant shall acquire what he asked for.').''

These are the words of An-Nasa'i, while both Muslim and An-Nasa'i collected the following wording, "A half of it is for Me and a half for My servant, and My servant shall acquire what he asked for.''

No comments:

Post a Comment

 
back to top