Friday, June 8, 2018

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Fatihah (Pembukaan) 9 (QS1:3-5)

0 Comments
tulisan arab al-faatihah ayat 3
tulisan arab al-faatihah ayat 4
tulisan arab al-faatihah ayat 5
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Fatihah (Pembukaan)
Surah Makkiyyah; surah ke 1: 7 ayat

Arrahmaanir rahiim (“Mahapemurah lagi Mahapenyayang.”)



Al-Qurthubi mengatakan: “Allah mensifati diri-Nya dengan ar-Rahman ar-Rahiim setelah Rabbul ‘alamiin, untuk menyelingi anjuran (targhib) sesudah peringatan (tarhib). Sebagaimana difirmankan-Nya yang artinya: “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang, dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih.” (al-Hijr: 49-50)


Surah Al-Hijr - سورة الحجر

[15:49 - 15:50] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah]


A049
Khabarkanlah kepada hamba-hambaKu (wahai Muhammad), bahawa Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani (bagi mereka yang bertaubat dan beramal soleh).
(Al-Hijr 15:49) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark

A050
Dan bahawa azabKu, ialah azab yang tidak terperi sakitnya, (bagi mereka yang tetap dalam kederhakaannya).
(Al-Hijr 15:50) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark

Juga firmannya: “Sesungghnya Rabb-mu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (al-An’am: 165)


Surah Al-An'aam - سورة الأنعام

[6:165] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah]


A165
Dan Dia lah yang menjadikan kamu khalifah di bumi dan meninggikan setengah kamu atas setengahnya yang lain beberapa darjat, kerana Ia hendak menguji kamu pada apa yang telah dikurniakanNya kepada kamu. Sesungguhnya Tuhanmu amatlah cepat azab seksaNya, dan sesungguhnya Ia Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.
(Al-An'aam 6:165) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark

Kata al-Qurthubi selanjutnya: “Ar-Rabb merupakan peringatan, sedangkan ar-Rahman ar-Rahim merupakan anjuran. Dalam shahih Muslim, disebutkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “Seandainya seorang Mukmin mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah, niscaya tidak seorangpun yang bersemangat untuk (meraih) surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya tidak akan ada seorangpun yang berputus asa untuk mendapatkan rahmat-Nya.”

Maaliki yaumiddiin (“Yang menguasai hari pembalasan.”)



Sebagian qurra’ membaca: maliki yaumiddiin (dengan meniadakan alif setelah huruf mim). Sementara sebagian qurra’ lainnya membacanya dengan menggunakan alif setelah mim menjadi “maaliki”. Kedua bacaan itu benar, (dan) mutawathir dalam Qiraat Sab’ah.
Pengkhususan kerajaan pada hari pembalasan tersebut tidak menafikan kekuasaan Allah atas kerajaan yang lain (kerajaan dunia), karena telah disampaikan sebelumnya bahwa Dia adalah Rabb semesta alam. Dan kekuasaan-Nya itu bersifat umum di dunia maupun di akhirat. Ditambahkannya kata “yaumiddiin” (hari pembalasan), karena hari itu tidak ada seorangpun yang dapat mengaku-aku sesuatu yang tidak juga dapat berbicara kecuali dengan seizin-Nya. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Pada hari ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shar, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Rabb yang Mahapemurah, dan ia mengucapkan kata yang benar.” (an-Naba’: 38)


Hari pembalasan berarti hari perhitungan bagi semua makhluk, disebut juga hari kiamat. Mereka diberi balasan sesuai dengan amalnya. Jika amalnya baik maka balasannya baik pula. Jika amalnya buruk, maka balasannya pun buruk kecuali bagi orang yang diampuni.
Pada hakikatnya, “almaliku” adalah nama Allah swt. sebagaimana firman-Nya: HuwallaaHul ladzii laa ilaaHa illaa Huwal malikul qudduusus salaamu (“Dialah Allah yang tiada Ilah [yang berhak diibadahi] selain Dia, Raja, yang Mahasuci, lagi Mahasejahtera.”) (al-Hasyr: 23)


Surah Al-Hasy-r - سورة الحشر

[59:23] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah]


A023
Dia lah Allah, yang tidak ada Tuhan melainkan Dia; Yang Menguasai (sekalian alam); Yang Maha Suci; Yang Maha Selamat Sejahtera (dari segala kekurangan); Yang Maha Melimpahkan Keamanan; Yang Maha Pengawal serta Pengawas; Yang Maha Kuasa; Yang Maha Kuat (menundukkan segala-galanya); Yang Melengkapi segala KebesaranNya. Maha Suci Allah dari segala yang mereka sekutukan denganNya.
(Al-Hasy-r 59:23) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark

Dalam kitab shahih Bukhari dan shahih Muslim, diriwayatkan sebuah hadits marfu’ dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Julukan yang paling hina di sisi Allah adalah seseorang yang menjuluki dirinya Malikul Amlak [Raja Diraja]. [Karena] tidak ada Malik [raja] yang sebenarnya kecuali Allah.”
Dalam kitab yang sama juga dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “Allah [pada hari kiamat] akan menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan-Nya, lalu berfirman: ‘Aku Raja [sebenarnya], dimanakah raja-raja bumi, dimanakah mereka yang merasa perkasa, dan dimanakah orang-orang yang sombong?”
Sedangkan di dalam al-Qur’an disebutkan: limanil mulkul yauma lillaaHil waahidil qaHHaar (“Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah yang Mahaesa lagi Mahamengalahkan.”)(al-Mu’min: 16)


Adapun penyebutan Malik (Raja) selain kepada-Nya di dunia hanyalah secara majaz (kiasan) belaka, tidak pada hakekatnya sebagaimana Allah pernah mengemukakan: innallaaHa qad ba-‘atsa lakum thaaluuta malikan (“Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja bagi kalian.”)(al-Baqarah: 247)


Surah Al-Baqarah - سورة البقرة

[2:247] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah]


A247
Dan Nabi mereka pula berkata kepada mereka: "Bahawasanya Allah telah melantik Talut menjadi raja bagi kamu. Mereka menjawab: "Bagaimana dia mendapat kuasa memerintah kami sedang kami lebih berhak dengan kuasa pemerintahan itu daripadanya, dan ia pula tidak diberi keluasan harta kekayaan?" Nabi mereka berkata:" Sesungguhnya Allah telah memilihnya (Talut) menjadi raja kamu, dan telah mengurniakannya kelebihan dalam lapangan ilmu pengetahuan dan kegagahan tubuh badan". Dan (ingatlah), Allah jualah yang memberikan kuasa pemerintahan kepada sesiapa yang dikehendakiNya; dan Allah Maha Luas (rahmatNya dan pengurniaanNya), lagi meliputi ilmuNya.
(Al-Baqarah 2:247) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark

Kata ad-Diin berarti pembalasan atau perhitungan. Allah berfirman: yauma-idziy yuwaffiiHimullaaHu diinaHumul haqqa (“Pada hari itu Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya.”)(an-Nuur: 25)


Dia juga berfirman: a innaa lamadiinuun (“Apakah sesungguhnya kita benar-benar [akan dibangkitkan] untuk diberi pembalasan.”) (ash-Shaaffaat: 53)


Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: “Orang cerdik adalah yang mau mengoreksi dirinya dan berbuat untuk [kehidupan] setelah kematian.” Artinya, ia akan senantiasa menghitung-hitung dirinya, sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Umar bin al-Khaththab: “Hisablah [buatlah perhitungan untuk] diri kalian sendiri sebelum kalian dihisab, dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan bersiaplah untuk menghadapi hari yang besar, yakni hari diperlihatkannya [amal seseorang], sementara semua amal kalian tidak tersembunyi dari-Nya.”
Firman Allah: yauma-idzin tu’radluuna laa takhfaa mingkum khaafiyatun (“Pada hari itu kalian dihadapkan [kepada Rabb kalian], tiada sesuatu pun dari keadaan kalian yang tersembunyi [bagi-nya].”) (al-Haaqqah: 18)


Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta-‘iin (“Hanya Engkaulah yang kami ibadahi dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”)

Para ahli qiraat Sab’ah dan jumhur ulama membacanya dengan memberikan tasydid pada huruf “ya” pada kata “iyyaaka”. Sedangkan kata “nasta-‘iin” dibaca dengan memfathahkan hurup “nun” yang pertama. Menurut bahasa, kata ibadah berarti tunduk patuh. Sedangkan menurut syariat, ibadah berarti ungkapan dari kesempurnaan cinta, ketundukan, dan ketakutan.
Didahulukannya maf’ul (obyek), yaitu kata Iyyaaka, dan (setelah itu) diulangi lagi, adalah dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian dan juga sebagai pembatasan. Artinya: “Kami tidak beribadah kecuali kepada-Mu dan kami tidak bertawakal kecuali hanya kepada-Mu.” Dan inilah puncak kesempurnaan ketaatan. Dan dien (agama) itu secara keseluruhan kembali kepada kedua makna di atas.
Yang demikian itu seperti kata sebagian ulama salaf, bahwa surat al-Fatihah adalah rahasia al-Qur’an, dan rahasia al-Fatihah terletak pada ayat, Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta-‘iin (“Hanya Engkaulah yang kami ibadahi dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”)
(bersambung ke bagian 10)

No comments:

Post a Comment

 
back to top