Friday, June 8, 2018

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Fatihah (Pembukaan) 2

0 Comments
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Fatihah (Pembukaan)
Surah Makkiyyah; surah ke 1: 7 ayat
Surat al-Faatihah diturunkan di Makkah (Makkiyyah). Demikian dikatakan Ibnu ‘Abbas, Qatadah, dan Abu al-‘Aliyah. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa surat ini turun di Madinah (Madaniyyah). Inilah pendapat Abu Hurairah, Mujahid, Atha’ bin Yasar, dan az-Zuhri. Ada yang berpendapat, surat al-Faatihah turun dua kali, sekali turun di Makkah dan yang sekali lagi di Madinah. Pendapat pertama lebih sesuai dengan firman Allah: wa laqad aatainaaka sab’am minal matsaanii (“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu sab’an minal matsani [tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang.”) (al-Hijr: 87)
Dalam ayat ini secara sepakat, terdiri dari tujuh ayat. Hanya saja terdapat perbedaan dalam masalah basmalah. Apakah sebagai ayat yang berdiri sendiri pada awal surat al-Faatihah, sebagaimana menurut kebanyakan para qurra’ Kufah, dan pendapat segolongan shahabat dan Tabi’in. Atau bukan sebagai ayat pertama dari surat tersebut, sebagaiman yang dikatakan oleh para qurra’ dan ahli fiqih Madinah. Dan mengenai hal ini terdapat tiga pendapat, yang akan dijelaskan nanti.
Mereka mengatakan: “Surah al-Fatihah terdiri dari 25 kata dan 113 huruf.” Al-Bukhari mengatakan dalam awal kitab tafsir: “Disebut ummul Kitab, karena al-Fatihah ditulis pada permulaan al-Qur’an dan dibaca pada permulaan shalat. Ada juga yang berpendapat, disebut demikian karena seluruh makna al-Qur’an kembali kepada apa yang dikandungnya.”
Ibnu Jarir mengtakan: “Orang Arab menyebut ‘Umm’ untuk semua yang mencakup atau mendahului sesuatu jika mempunyai hal-hal lain yang mengikutinya dan ia sebagai pemuka yang meliputinya. Seperti umm al-ra’s sebutan untuk kulit yang meliputi otak (kepala). Mereka menyebut bendera dan panji tempat berkumpulnya pasukan dengan umm.”
Dzur ar-Rummah mengatakan: ‘alaa ra’siHi ummilanaa naqtadii biHaa. Jimaa-‘u umuuri laisa na’shii laHaa amran (“Pada ujung tombak itu terdapat panji kami, yang menjadi lambing bagi kami. Sebagai pedoman segala urusan, yang sedikitpun tak kan kami mengkhianatinya.”)
Maksudnya tombak. Makkah disebut ummul Qura’ karena keberadaannya terlebih dahulu dan sebagai penghulu kota-kota lain. Ada juga yang berpendapat karena bumi dibentangkan darinya.
Dan benar disebut as-Sab’ul Matsani karena dibaca berulang-ulang dalam shalat, pada setiap rakaat, meskipun kata al-Matsani memiliki makna lain, akan dijelaskan nanti.
Keutamaan al-Fatihah
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa’id bin al-Mualla, katanya: Aku pernah mengerjakan shalat, lalu Rasulullah saw. memanggilku, tetapi aku tidak menjawabnya hingga aku menyelesaikan shalat. Setelah itu aku mendatangi beliau, maka beliaupun bertanya: “Apa yang menghalangimu dating kepadaku?” maka aku menjawab: “Ya Rasulallah, sesungguhnya aku sedang mengerjakan shalat.” Lalu beliau bersabda: “Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman: Yaa ayyuHalladziina aamanus tajiibullaaHi war rasuuli idzaa da’aakum limaa yuhyiikum (“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyerumu kepada yang memberi kehidupan kepadamu.” (al-Anfal: 24) dan setelah itu beliau bersabda: “Akan aku ajarkan kepadamu suatu surat yang paling agung di dalam al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid ini.” Maka beliau pun menggandeng tanganku. Dan ketika beliau hendak keluar dari masjid, aku katakan: “Ya Rasulallah, engkau tadi telah berkata akan mengajarkan kepadaku surat yang paling agung di dalam al-Qur’an.” Kemudian beliau menjawab: “Benar, alhamdulillaaHi rabbil ‘aalamiin, ia adalah as-Sab’ul Matsani dan al-Qur’an al’Adziim yang telah diturunkan kepadaku.”
Demikian pula yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Abu Dawun, an-Nasa-i dan Ibnu Majah, melalui beberapa jalur sanad dari Syu’bah.
Para ulama menjadikan hadist ini dan semisalnya sebagai dalil keutamaan dan kelebihan sebagian ayat dan surat atas yang lainnya, sebagaimana disebutkan banyak ulama, di antaranya Ishak bin Rahawaih, Abu Bakar Ibnu al-Arabi, Ibnu al-Haffar seorang penganut madzab Maliki. Sedangkan kelompok lain berpendapat bahwasannya tidak ada keutamaan suatu surat atau ayat atas yang lainnya, karena semuanya merupakan firman Allah. Supaya hal itu tidak menimbulkan dugaan adanya kekurangan pada ayat yang lain, meski semuanya itu memiliki keutamaan. Pendapat ini dinukil oleh al-Qurtubi dari al-Asy’ari, Abu Bakar al-Baqillani, Abu Hatim Ibnu Hibban al-Busti, Abu Hayyan, Yahya bin Yahya, dan sebuah riwayat dari Imam Malik.
Ada hadits riwayat al-Bukhari dalam kitab Fadlailul Qur’an, dari Abu Sa’id al-Kudri, katanya: “Kami pernah berada dalam suatu perjalanan, lalu kami singgah, tiba-tiba seorang budak wanita datang seraya berkata: ‘Sesungguhnya kepala suku kami tersengat, dan orang-orang kami sedang tidak di tempat, apakah di antara kalian ada yang bisa memberi ruqyah?’ lalu ada seorang laki-laki yang berdiri bersamanya, yang kami tidak pernah menyangkanya bisa meruqyah. Kemudian orang itu membacakan ruqyah, maka kepala suku itu pun sembuh. Lalu ia (kepala suku) menyuruhnya diberi tiga puluh ekor kambing sedang kami diberi minum susu. Setelah ia kembali, kami bertanya kepadanya: “Apakah engkau memang pandai dan biasa meruqyah?” maka ia pun menjawab: “Aku tidak meruqyah kecuali dengan ummul Kitab (al-Fatihah).””Jangan berbuat apapun sehingga kita dating dan bertanya kepada Nabi saw..” sahut kami. Sesampai di Madinah kami menceritakan hal itu kepada Nabi saw. maka beliau pun bersabda: “Dari mana dia tahu bahwa surat al-Fatihah itu sebagai ruqyah (jampi), bagi-bagilah kambing-kambing itu dan berikan satu bagian kepadaku.” Demikian pula riwayat Muslim dan Abu Dawud.
Hadits lainnya, riwayat Muslim dalam kitab shahih an-Nasa-I dalam kitab sunan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: “Ketika Rasulullah sedang bersama malaikat Jibril, tiba-tiba Jibril mendengar suara dari atas. Maka Jibril mengarahkan pandangannya ke atas seraya berkata: “Itu adalah dibukanya sebuah pintu di langit yang belum pernah terbuka sebelumnya.” Ibnu ‘Abbas melanjutkan: “Dari pintu itu turun malaikat dan kemudian menemui Nabi saw. seraya berkata: “Sampaikanlah kabar gembira kepada umatmu mengenai dua cahaya. Kedua cahaya itu telah diberikan kepadamu, dan belum pernah sama sekali diberikan kepada seorang Nabi pun sebelum dirimu, yaitu Fatihatul Kitab dan beberapa ayat terakhir dari surah al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu huruf saja darinya melainkan akan diberi (pahala) kepadamu.”
Lafaz di atas berasal dari an-Nasa-i. Dan lafaz yang sama juga diriwayatkan oleh Muslim. Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda: “Barangsiapa shalat tanpa membaca ummul Qur’an, maka shalatnya itu tidak sempurna… tidak sempurna… tidak sempurna.”
(bersambung ke bagian 3)

Al-Fatihah and the Prayer


Muslim recorded that Abu Hurayrah said that the Prophet said,
«"‏ مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ - ثَلاَثًا - غَيْرُ تَمَامٍ ‏"‏»
(Whoever performs any prayer in which he did not read Umm Al-Qur'an, then his prayer is incomplete.) He said it thrice.
Abu Hurayrah was asked, "﴿When﴾ we stand behind the Imam'' He said, "Read it to yourself, for I heard the Messenger of Allah say,
فَقِيلَ لأَبِي هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ ‏.‏ فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏"‏
« قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ :
﴿الْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعَـلَمِينَ ﴾، قَالَ اللهُ: حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ:
﴿الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ ﴾،.‏ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِي ‏.‏ وَإِذَا قَالَ:
﴿مَـلِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴾، قَالَ اللهُ: مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً: فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ:
﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴾، قَالَ: هذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ:
﴿اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ - صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّينَ ﴾، قَالَ اللهُ: هذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ»
(Allah, the Exalted, said, `I have divided the prayer (Al-Fatihah) into two halves between Myself and My servant, and My servant shall have what he asks for.' If he says,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ  
(1. In the Name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful.)
﴾الْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعَـلَمِينَ﴿
(2. All praise and thanks be to Allah, the Lord of existence.)
Allah says, `My servant has praised Me.' When the servant says,
﴿الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ ﴾
(3. The Most Gracious, the Most Merciful.)
Allah says, `My servant has glorified Me.' When he says,
﴿مَـلِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴾
(4. The Owner of the Day of Recompense.) Allah says, `My servant has glorified Me,' or `My servant has related all matters to Me.' When he says,
﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴾
(5. You (alone) we worship, and You (alone) we ask for help.) Allah says, `This is between Me and My servant, and My servant shall acquire what he sought.' When he says,
﴿اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ - صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّينَ ﴾
(6. Guide us to the straight path.) (7. The way of those on whom You have granted Your grace, not (the way) of those who earned Your anger, nor of those who went astray), Allah says, `This is for My servant, and My servant shall acquire what he asked for.').''

These are the words of An-Nasa'i, while both Muslim and An-Nasa'i collected the following wording, "A half of it is for Me and a half for My servant, and My servant shall acquire what he asked for.''

No comments:

Post a Comment

 
back to top