Tafsir Ibnu Katsir Surah Ali ‘Imraan ayat 1-4
2MAR
Ayat pertama sampai ayat 83 dari surat ini diturunkan berkenaan dengan urusan Najran yang datang pada tahun kesembilan Hijrah. Mengenai masalah ini, insya Allah akan dijelaskan pada penafsiran mubahalah [doa saling melaknat]. Sedang keutamaan surat ini telah diuraikan pada pembahasan awal penafsiran surah al-Baqarah.
bismillaaHir rahmaanir rahiim
(“Dengan menyebut nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.”)
“1. Alif laam miim. 2. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. 3. Dia menurunkan Al kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, 4. sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai Balasan (siksa).” (Ali ‘Imraan: 1-4)
(“Dengan menyebut nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.”)
“1. Alif laam miim. 2. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. 3. Dia menurunkan Al kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, 4. sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai Balasan (siksa).” (Ali ‘Imraan: 1-4)
Penjelasaan sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Nama Allah yang paling agung [yaitu alhayyul qayyuum] terdapat dalam kedua ayat berikut ini: allaaHu laa ilaaHa illaa Huwal hayyul qayyuum (“Allah, tiada ilah [yang berhak diibadahi] melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”) dan ayat: alif laam miim, allaaHu laa ilaaHa illaa Huwal hayyul qayyuum (“Allah, tiada ilah [yang berhak diibadahi] melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”) telah dikemukakan sebelumnya ketika menafsirkan ayat Kursi.
Dan juga penjelasan mengenai firman-Nya: “Alif laam miim.” Telah dijelaskan di awal surah al-Baqarah sehingga tidak perlu diulang lagi.
Dan juga penjelasan mengenai firman-Nya: “Alif laam miim.” Telah dijelaskan di awal surah al-Baqarah sehingga tidak perlu diulang lagi.
Firman Allah: nazzala ‘alaikal kitaaba bilhaqqi (“Dia menurunkan al-Kitab [al-Qur’an] kepadamu dengan sebenarnya.”) dengan pengertian, telah diturunkan kepadamu, wahai Muhammad, al-Qur’an dengan sebenarnya. Kitab yang tidak ada keraguan dan kebimbangan di dalamnya. Bahkan, kitab itu diturunkan dari sisi Allah dengan ilmu-Nya, para malaikat pun menyaksikan dan cukuplah Allah sebagai saksi.
Firman-Nya: mushaddiqal limaa baina yadaiHi (“membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya.”) yakni kitab-kitab yang diturunkan dari langit sebelum al-Qur’an, kepada hamba-hamba Allah dan para Nabi-Nya, bahwa kitab-kitab tersebut membenarkan al-Qur’an, dengan apa yang dikhabarkan dan berita gembira yang telah disampaikan sejak zaman dahulu kala. Sedang al-Qur’an itu sendiri pun membenarkan kitab-kitab tersebut, karena al-Qur’an sesuai dengan apa yang dikhabarkan dan berita gembira yang disampaikan oleh kitab-kitab itu mengenai janji Allah dengan pengutusan Nabi Muhammad saw. dan penurunan al-Qur’anul ‘Adhim kepadanya.
Firman Allah selanjutnya: wa anzalat tauraata (“dan menurunkan Taurat”) kepada Musa binn ‘Imraan. Wal injiila (“dan Injil”) kepada ‘Isa bin Maryam, ming qablu (“Sebelumnya.”) yakni sebelum al-Qur’an ini. Hudal linnaasi (“Sebagai petunjuk bagi manusia”) yaitu orang-orang yang hidup pada masa Musa dan ‘Isa. Wa anzalal furqaan (“Dan Dia menurunkan al-Furqaan”) sebuah kitab yang menjadi pembeda antara penyimpangan dan petunjuk yang lurus , melalui berbagai hujjah, penjelasan, dalil yang jelas, dan bukti nyata yang telah Allah sebutkan, terangkan, jelaskan, tafsirkan dan tetapkan.
Qatadah dan ar-Rabi’ bin Anas berkata: “Yang dimaksud al-Furqan disini adalah al-Qur’an.” Sedang Ibnu Jarir berpendapat bahwa disebutkannya al-Furqaan di sini karena telah disebutkan kata al-Qur’an sebelumnya, yaitu firman-Nya: nazzala ‘alaikal kitaabal bilhaqqi (“Dia menurunkan al-Kitab kepadamu dengan sebenarnya.”) yaitu al-Qur’an.
Firman Allah: innalladziina kafaruu bi aayaatillaaHi (“Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah.”) yaitu mengingkari dan menolaknya dengan cara yang bathil, laHum ‘adzaabun syadiid (“Akan memperoleh siksa yang berat.”) pada hari kiamat kelak. wallaaHu ‘aziizun (“dan Allah Mahaperkasa.”) yaitu yang menolak segala bentuk pengingkaran lagi mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Dzun tiqaam (“Serta mempunyai balasan [siksa].” Yakni bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya serta menyelisihi para Rasul-Nya yang mulia dan para Nabi-Nya yang agung.
&
No comments:
Post a Comment