Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nisaa’ ayat 44-46
8FEB
“Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari al-Kitab (Taurat), mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk), dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan(yang benar). (QS. 4:44) Dan Allah lebih mengetahui (daripada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu). (QS. 4:45) Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah,” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS. 4:46).” (an-Nisaa’: 44-46)
Allah mengabarkan tentang orang-orang Yahudi, -semoga bagi mereka laknat Allah yang terus menerus hingga hari Kiamat- bahwa mereka membeli kesesatan dengan hidayah, berpaling dari hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, serta meninggalkan ilmu yang mereka dapatkan daripara Nabi terdahulu tentang sifat Muhammad untuk mereka jual dengan harga yang sedikit berupa harta dunia.
Wa yuriiduuna an tadlillus sabiilan (“Dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat [menyimpang] dari jalan [yang benar].”) Yaitu mereka sangat senang seandainya kalian kafir dengan apa yang diturunkan kepada kalian, hai orang-orang beriman, serta kalian tinggalkan apa yang kalian miliki berupa hidayah dan ilmu yang bermanfaat.
wallaaHu a’lamu bi-a’daa-ikum (“Dan Allah lebih mengetahui (daripada kamu) tentang musuh-musuhmu.”) Yaitu Allah Mahamengetahui mereka dan memperingatkan kalian dari mereka. Wa kafaa billaaHi waliyyaw wa kafaa billaaHi nashiiran (“Dan cukuplah Allah menjadi pelindung [bagimu], dan cukuplah Allah menjadi penolong [bagimu].”) Yaitu cukuplah Allah sebagai pemelihara bagi orang yang berlindung kepada-Nya dan cukuplah Allah sebagai penolong bagi orang yang memohon pertolongan-Nya.
Kemudian Allah berfirman: minal ladziina Haaduu (“Di antara orang-orang Yahudi.”) “min” di sini adalah untuk menjelaskan jenis, seperti firman Allah: “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu.” (QS. Al-Hajj: 30)
Dan firman-Nya: yuharrifuunal kalima ‘am mawaadli’iHi (“Mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya.”) Yaitu mereka menakwilkan bukan dengan takwilnya, serta mereka menafsirkan dengan sesuatu yang tidak dimaksud oleh Allah secara sengaja dan penuh dusta.
Wa yaquuluuna sami’naa (“Mereka berkata, ‘kami mendengar.’”) Yaitu kami mendengar apa yang engkau ucapkan hai Muhammad, akan tetapi kami tidak akan menaati engkau. Demikian yang ditafsirkan oleh Mujahid dan Ibnu Zaid dan itulah yang dimaksud. Kalimat ini lebih gamblang dalam (menggambarkan) kekufuran dan pembangkangan mereka. Mereka berpaling dari kitab Allah, setelah mereka memahaminya, dan mereka mengetahui apa yang mereka lakukan itu adalah dosa dan ada hukumannya.
Perkataan mereka: wasma’ ghaira musma’in (“Dengarlah sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa.”) Yaitu, dengarkan apa yang kami ucapkan, akan tetapi sebenarnya kamu tidak mendengar apa-apa. Demikianlah makna ayat berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh adh-Dhahhak dari Ibnu `Abbas. Ini adalah sebuah ejekan dan hinaan dari mereka. Semoga laknat Allah bagi mereka.
Wa raa’inaa layyam bi alsinatiHim wa tha’nan fid diin (“Mereka mengatakan raa’ina dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama.”) Yaitu, mereka memberi kesamaran, bahwa mereka berkata, “raa’inaa” (perhatikanlah kami) adalah, “raa’inaa sam’aka” (Perhatikanlah kami dengan pendengaranmu), padahal yang dimaksudkan oleh mereka adalah “arru’uunatu” (yang bodoh), dalam rangka mencela Nabi saw.
Masalah ini sudah dibicarakan pada firman Allah yang lalu: “Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): Raa’ina , tetapi katakanlah: `Undhurna.’ (QS. Al-Baqarah: 104). Untuk itu Allah berfirman tentang orang-orang Yahudi, yang tujuan kata-katanya sangat berbeda dengan apa yang ditampakkannya: layyam bi alsinatiHim wa tha’nan fid diin (“Mereka mengatakan raa’ina dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama.”) yaitu menghina Nabi saw. Kemudian Allah berfirman:
Wa lau annaHum qaaluu sami’naa wa atha’naa wasma’ wandhurnaa lakaana khairal laHum wa aqwama walaakil la’anaHumullaaHu bikufriHim falaa yu’minuuna illaa qaliilan (“Sekiranya mereka mengatakan: ‘Kami mendengar dan patuh dan dengarlah dan perhatikanlah kami,’ tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.”)
Artinya, hati mereka telah dipalingkan, dan dijauhkan dari kebaikan, sehingga keimanan yang memberi manfaat tidak masuk ke dalam hatinya. Pembicaraan masalah ini sudah ada pada firman Allah: “Maka, sedikit sekali mereka yang beriman.”(QS. Al-Baqarah: 88) Maksudnya adalah mereka tidak beriman dengan iman yang bermanfaat.
&
No comments:
Post a Comment