Saturday, June 9, 2018

Tafsir Ibnu Katsir Surah Ali ‘Imraan ayat 48-51

0 Comments

Tafsir Ibnu Katsir Surah Ali ‘Imraan ayat 48-51

2MAR
tulisan arab alquran surat ali imraan ayat 48-51“Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil. (QS. 3:48) Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Rabb-mu, yaitu aku membuat untukmu dari tanah berbentuk burung kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit kusta; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumabmu. Sesunggubnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu,jika kamu sungguh-sungguh beriman. (QS. 3:49) Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Rabb-mu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (QS. 3:50) Sesungguhnya Allah, Rabb-ku dan Rabbmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”. (QS. 3:51)
Allah memberitahukan mengenai kesempurnaan berita gembira yang disampaikan Malaikat kepada Maryam. Tentang puteranya, `Isa as. dengan firman-Nya: “Sesungguhnya Allah, mengajarkan kepadanya al-Kitab dan Hikmah, serta Taurat dan Injil.” Lahiriyah ayat ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan kitab di sini adalah tulis-menulis, sedangkan hikmah telah diterangkan pada pembahasan surat al-Baqarah. Sedang Taurat maksudnya adalah kitab yang diturunkan kepada Musa bin `Imran, dan Injil adalah hafal kedua kitab ini.
Firman-Nya, wa rasuulan ilaa banii israa-iil (“Dan [sebagai] Rasul kepada bani Israil,”) yang berkata kepada mereka, “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari ‘Rabb-mu, yaitu aku membuat untukmu dari tanah berbentuk burung, kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah.” Demikianlah `Isa menciptakan bentuk sebuah burung yang terbuat dari tanah liat, lalu meniupnya, dan kemudian burung itu, dengan disaksikan banyak orang, terbang dengan sebenar-benarnya dengan seizin Allah yang mana Allah menjadikan hal itu sebagai mukjizat baginya yang menunjukkan bahwa Dia benar-benar mengutusnya.
Firman-Nya, abri-ul akmaHa (“Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya.”) Yaitu orang yang dilahirkan dalam keadaan buta, karena yang demikian itu merupakan mukjizat yang amat hebat dan sangat menantang. Wal abrasha (“Dan orang yang berpenyakit kusta,”) yaitu penyakit yang sudah dikenal (kusta).
Wa uhyil mautaa bi-idznillaaH (“Dan aku hidupkan orang mati dengan seizin Allah.”) Mayoritas ulama berpendapat: “Allah telah mengutus setiap Nabi sesuai dengan keadaan zamannya.” Yang dominan pada zaman Nabi Musa as. adalah sihir dan pengagungan tukang sihir. Maka Allah mengutusnya dengan disertai mukjizat yang membelalakkan mata dan membingungkan para penyihir. Dan ketika mereka meyakini bahwa mukjizat itu berasal dari Allah, maka mereka berbondong-bondong memeluk Islam hingga akhirnya menjadi hamba Allah yang berbakti.
Sedangkan `Isa as. diutus oleh Allah pada masa yang marak dengan ahli kedokteran dan pakar ilmu alam. Maka `Isa pun datang ke tengah-tengah mereka dengan membawa mukjizat yang tidak ada lagi seorang pun mampu mencapainya, kecuali mendapat dukungan dari Pembuat syari’at. Dokter mana yang sanggup menghidupkan benda mati, atau menyembuhkan orang buta sejak lahir atau orang yang menderita penyakit kusta, serta membangkitkan orang yang berada di dalam kuburnya yang terikat dengan amal perbuatannya hingga hari Kiamat?
Demikian juga dengan Muhammad saw. yang diutus pada masa yang dipenuhi oleh ahli bahasa, sastrawan, dan penyair. Maka beliau diberi Kitab oleh Allah yang mana seandainya jin dan manusia bersatu untuk membuat kitab yang sama, atau dengan sepuluh surat sepertinya, atau satu surat saja yang menyerupainya, niscaya mereka tidak akan pernah sanggup melakukan hal itu, selamanya, meskipun antara satu dengan yang lainnya saling tolong-menolong. Yang demikian itu tidak lain karena firman Allah tidak akan pernah serupa dengan perkataan makhluk-Nya, selamanya.
Firman-Nya, wa unabbi-ukum bimaa ta’kuluuna wa maa taddakhiruuna fii buyuutikum (“Dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. “Yakni aku akan memberitahukan kepada kalian apa yang dimakan salah seorang di antara kalian sekarang dan apa yang disimpan di dalam rumahnya untuk esok hari. Inna fii dzaalika (“Sesungguhnya pada yang demikian itu,”) yaitu pada semuanya itu, la aayatal lakum (“Adalah suatu tanda [kebenaran kerasulan] bagimu,”) artinya tanda kebenaranku dalam membawa ajaran kepada kalian.
In kuntum mu’miniina. Wa mushaddiqal limaa baina yadayya minat tauraati (“Jika kamu sungguh sungguh beriman. Dan [aku datang kepadamu] membenarkan Taurat.”) Yaitu menetapkan dan menegaskannya.
Wa uhilla lakum ba’dlal ladzii hurrima ‘alaikum (“Dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu.”) Ini menunjukkan bahwa `Isa menasakh (menghapus) sebagian syari’at Taurat. Inilah pendapat yang benar dari dua pendapat yang ada. Wallahu a’lam ed.
Dan di antara ulama ada yang berpendapat, bahwa `Isa tidak menasakh sedikit pun dari Taurat. Tetapi menghalalkan bagi mereka sebagian apa yang telah mereka perselisihkan karena salah, dan menyingkap bagi mereka tabir penutup hal tersebut. Sebagaimana firman-Nya dalam ayat yang lain: wa li-ubayyina lakum ba’dlal ladzii takhtalifuuna fiiHi (“Dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya.”) (QS. Az-Zukhruf: 63) Wallaahu a’lam.
Lalu Dia berfirman, wa ji’tukum bi-aayatim mir rabbikum (“Dan aku datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda [mukjizat] dari Rabb-mu.”) Yaitu dengan hujjah dan bukti atas kebenaranku terhadap apa yang aku katakan kepada kalian.
Fat taqullaaHa wa athii’uun. innallaaHa rabbii wa rabbukum fa’buduuHu (“Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah, Rabbku dan Rabbmu, karena itu sembahlah Dia.”) Artinya, aku dan kalian sama, menghambakan diri dan tunduk serta khusyu’ kepada Nya. Haadzaa shiraatum mustaqiim (“Inilah jalan yang lurus.”)
&

No comments:

Post a Comment

 
back to top