Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 194
6APR
“Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum gishash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketaubilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 194)
Ikrimah meriwayatkan, dari Ibnu Abbas, adh-Dhahhak, as-Suddi, Qatadah, Muqsim, Rabi’ bin Anas, Atha’, dan ulama lainnya: “Ketika Rasulullah berangkat umrah pada tahun ke-6 Hijrah, beliau bersama serombongan kaum muslimin dihalang-halangi dan dirintangi oleh orang-orang musyrik untuk masuk dan sampai ke Baitullah pada bulan Dzulqa’dah yang merupakan bulan haram sehingga beliau membuat perjanjian dengan mereka untuk masuk pada tahun berikutnya. Kemudian beliau bersama kaum muslimin masuk ke Baitullah pada tahun berikutnya dan Allah pun memberikan balasan terhadap kaum musyrikin, maka turunlah pada saat itu ayat: asy-syaHrul haraamu bisy-syaHril haraami wal hurumaatu qishaash (“Bulan haram dengan bulan haram dan pada sesuatu yang patut dihormati berlaku hukum qishash.”)
Imam Ahmad meriwayatkan, dari Jabir bin Abdullah, katanya, “Rasulullah tidak pernah berperang pada bulan haram (yang dihormati) kecuali bila diserang dan mereka menyerang. Jika bulan haram tiba maka beliau menghentikan peperangan sampai bulan haram berlalu.” (HR. Ahmad) Hadits ini berisnad shahih.
Oleh karena itu ketika sampai berita kepada Rasulullah, yang pada waktu itu beliau sedang berada di perkemahan Hudaibiyah bahwa Utsman dibunuh, padahal Utsman beliau utus menemui orang-orang musyrik untuk suatu misi, maka beliau membaiat para sahabat yang berjumlah 1400 orang di bawah sebatang pohon untuk memerangi orang-orang musyrik. Setelah beliau menerima berita bahwa Utsman tidak terbunuh, maka beliau pun mengurungkan niatnya tersebut dan mengalihkan kepada perdamaian dan perjanjian sehingga terjadilah perjanjian Hudaibiyah.
Dan firman-Nya: fa mani’tadaa ‘alaikum fa’taduu ‘alaiHi bimitsli ma’tadaa ‘alaikum (“Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kainu, maka seranglah ia seimbang dengan serangannya terhadapmu.”) Allah swt. memerintahkan berlaku adil, bahkan terhadap kaum musyrikin sekalipun.
Sebagaimana Dia telah berfirman yang artinya: “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan halasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.” (QS. An-Nahl: 126)
Sebagaimana Dia telah berfirman yang artinya: “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan halasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.” (QS. An-Nahl: 126)
Firman-Nya: wattaqullaaHa wa’lamuu annallaaHa ma’al muttaqiin (“Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”) Allah Ta’ala memerintahkan mereka untuk senantiasa berbuat taat dan bertakwa kepada-Nya sekaligus memberitahukan bahwa Dia selalu bersama orang-orang yang bertakwa dengan senantiasa menolong dan mendukung mereka di dunia dan akhirat.
&
No comments:
Post a Comment